Wednesday, June 22, 2022

MAHASISWA YANG TAK KUNJUNG LULUS KULIAH

 MAHASISWA YANG TAK KUNJUNG LULUS KULIAH


Topik dari instagram @seputar kuliah kali ini tentang mahasiswa yang tidak kunjung lulus kuliah.

Siapa sih yang tidak ingin segera lulus kuliah? Pasti jawabannya, setiap mahasiswa ingin segera lulus kuliah. Yang jadi permasalahannya mengapa kok gak bisa selesai kuliah tepat waktu? Harapan hati memang tidak sesuai dengan kenyataan. Kondisi ini banyak dikeluhkan teman-teman saya termasuk saya sendiri. Banyak faktor yang mempengaruhi dan banyak alasan yang dibuat agar diri pribadi bisa excuse atau berdalih. Beberapa faktor atau alasan yang dibuat para mahasiswa yang tidak kunjung lulus kuliah sebagai berikut:

Yang pertama, kerja atau bisnis yang menghasilkan. Inilah yang banyak dialami para mahasiswa terutama mahasiswa S2 dan S3 yang kuliah sambil bekerja. Bisnis menghasilkan ini dapat diartikan bekerja di kantoran atau bekerja diluar kantoran seperti konsultan yang tidak memiliki kantor tetap, motivator yang banyak memiliki client dan juga mereka yang punya usaha sendiri.

Sebagai contoh ada beberapa teman saya yang menjadi konsultan yang cukup laris, sehingga banyak sekali undangan untuknya untuk menyelesaikan problem perusahaan baik di Indonesia maupun di luar negeri. Dengan penghasilan yang menggiurkan dia mulai menikmati pekerjaannya. Di dalam hati kecilnya ingin sekali segera menyelesaikan disertasinya. Namun, lagi-lagi undangan dari beberapa perusahaan itu datang. Jika ditolak sayang, karena lumayan dapat honornya. Dan honor tersebut dipergunakan untuk keluarga dan membayar biaya S3- nya. Sungguh suatu dilema, pekerjaan dan disertasi sama-sama pentingnya. Dia selalu membawa laptop kemanapun pergi, selain digunakan untuk presentasi, harapan hati laptop itu akan digunakannya untuk meneruskan draf-draf disertasi yang belum selesai-selesai.

Pada kenyataannya setelah kembali dari bekerja, matanya susah untuk dibuka karena mengantuk, otaknya lelah dan perlu diistarahatkan.  Yang terbayang hanyalah tempat tidur dan bantal yang empuk.  Sehingga urung lagi untuk mengetik.

Hal ini juga saya alami, hanya berbeda cerita. Saya bekerja di suatu instansi pemerintah dengan dinamika yang cukup tinggi. Karena saya bukanlah seorang bos besar tentunya tidak memiliki banyak keleluasaan untuk menentukan sikap atau tindakan ketika berada di kantor. Ketika ada waktu senggang, harapan hati ingin mengetik, namun ketika melihat kanan kiri serasa tidak enak karena staf yang lain masih meneruskan pekerjaannya. Mengetikpun sedikit curi-curi. Paling bisa menulis di pagi hari sebelum semua staf datang. Saya berusaha datang lebih awal karena menghindari macet dan dapat segera mengetik beberapa paragraf. Itupun tidak dapat setiap hari saya lakukan karena saya juga mendapatkan perintah untuk mengikuti pelatihan pengembangan diri dan harus hadir ditempat pelatihan. Banyak senior dan pejabat yang mengikuti dan saya percaya merekapun sebenarnya juga sibuk. Jika membawa laptoppun tidak akan digunakan karena semua peserta harus fokus pada pelatihan tersebut. Tampak kurang sopan ketika membuka laptop sendiri.

Pada pelatihan tersebut terdapat group discussion juga quiz yang harus diikuti dengan seksama. Jika tidak, ketika mendapat giliran untuk menjawab pertanyaan maka akan terbata-bata dan tampak tidak fokus. Dan ketika kembali ke rumah, badan dan pikiran serasa lelah karena perjalanan yang lumayan lama karena jarak tempuh yang jauh dan macet. Laptop terpaksa hanya dibuka dan dilihat saja.

Faktor kedua, cuti kuliah karena alasan tertentu. Jika kita seorang pekerja, ada kalanya kita dipindahkan ke suatu tempat yang baru jauh dari kampus dan tentunya harus segera beradaptasi dengan lingkungan baru. Dinamika pekerjaan ditempat baru tidak dapat diprediksi dan akhirnya memutuskan untuk cuti kuliah.

Alasan lainnya karena tidak adanya dana yang cukup untuk bayar kuliah dan hidup sehari-hari  dan terpaksa mencari kerja sampingan. Kondisi diatas banyak dialami mahasiswa S2 dan S3. Sedangkan problem yang dihadapi mahasiswa S1 dengan ekonomi pas-pasan ketika diterima bekerja terpaksa cuti kuliah karena harus melaksanakan training beberapa bulan sebelum bekerja.

Faktor berikutnya adalah faktor yang sangat crucial, tidak tahu dari mana datangnya dan tidak tahu dari mana penyebabnya, tiba-tiba motivasi untuk menyelesaikan kuliah menurun dan bahkan hilang. Ini kondisi mental yang cukup parah dan dialami banyak mahasiswa. Sadar bahwa harus segera menyelesaikan tugas akhirnya, bahkan laptop sudah dibuka, dinyalakan dan tinggal mengetik namun mata hanya bisa memandangi laptop yang sudah nyala dengan pikiran kosong. Karena tidak segera mendapatkan ide akhirnya laptop ditinggalkan untuk me-recharge moodnya dengan membuat secangkir kopi agar lebih fokus dan berusaha kembali duduk di depan laptop.

Mouse sudah mulai bergerak mencari sumber referensi. Yang dicari masih belum sesuai dengan apa yang diinginkan. Jika adapun minimal hanya dapat satu dan harus mengolah kalimat agar tidak terkesan copy paste. Secangkir kopi sudah habis, namun hanya mampu mengetik beberapa kalimat karena otak dan mata mulai tidak bersahabat. Untuk memotivasi diri sendiri, terus mendengarkan lagu-lagu terlebih dahulu sambil berbaring untuk mengumpulkan energi agar dapat melanjutkan lagi menyusun kalimat. Sesekali melihat jam, masih belum terlalu malam. Kemudian melanjutkan lagi berbaring dan lama kelamaan tanpa sadar sudah ada di dunia mimpi hingga terbangun di pagi hari karena suara alarm dari HP yang sudah di setel tiap hari.

Yang keempat, kesulitan dalam mengerjakan tugas akhir kuliah (skripsi/ tesis/ disertasi). Kesulitan ini karena para mahasiswa belum mendapatkan panduan detail bagaimana mengerjakan tugas akhirnya. Jam pelajaran pada saat materi kuliah Metode Penelitian tidak dibahas secara mendalam. Mahasiswa mengerti cara membuat tugas terakhir karena browshing dari internet atau beli buku panduan dari toko buku yang ditulis beberapa orang yang dianggap mengerti tentang tugas akhir tersebut. Kebanyakan mahasiswa terbantu dari contoh tugas akhir dari alumni sebelumnya. Jika mahasiswa dari kalangan pekerja, pada umumnya memiliki sedikit waktu untuk membaca referensi-referensi tersebut sehingga sulit untuk mengerti alur dari tugas akhirnya. Beberapa mahasiswa juga masih gaptek (gagap teknologi) sehingga membuat mereka butuh waktu yang banyak untuk mengatur margin dan lainnya sesuai buku panduan.

Kendala lainnya, dosen pembimbing memiliki jadwal yang padat, demikian juga dengan mahasiswa, sehingga agak sulit mengatur jadwal bersama-sama untuk memberikan dan mendapatkan bimbingan. Jika mahasiswa memiliki waktu bimbingan pada saat habis kerja, kemungkinan besar dosen pembimbing tersebut sudah lelah karena mengajar atau kegiatan rutin di kampus dari pagi hingga sore hari. Jika akhirnya dapat bertemu, masih saja ada rasa sungkan dan takut yang dirasakan mahasiswa. Bentuk kesulitan-kesulitan antara mahasiswa S1, S2 dan S3 tentunya berbeda walau ada kemiripan. Semua tergantung kondisi mahasiswa , dosen dan lingkungan baik di rumah maupun di kampus.

Nah, tentunya masih terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi mahasiswa tak kunjung lulus kuliah. Namun demikian jika kamu seorang mahasiswa jangan menunda untuk menyelesaikan tugas akhirmu  sebelum datang rasa malasmu. Fokus untuk menyelesaikan agar kamu tidak menjadi donatur tetap untuk kampusmu!

Semoga sukses, kejar terus cita-citamu!

 

Jonggol, 22 Juni 2022

NANI KUSMIYATI

#lombamenulisblogpgri

#tantanganmenulissetiaphari

#Day 13

(edisi khusus penyemangat untuk penulis sendiri)



1 comment:

NYANYIAN ALAM

  pexels-alex-azabache-3214944 NYANYIAN ALAM   Deburan ombak Desiran angin Gemerisik daun kering Berpadu indah menenangkan hati ...