MAHASISWA YANG TAK KUNJUNG LULUS KULIAH
Topik dari instagram @seputar
kuliah kali ini tentang mahasiswa yang tidak kunjung lulus kuliah.
Siapa sih yang tidak ingin
segera lulus kuliah? Pasti jawabannya, setiap mahasiswa ingin segera lulus
kuliah. Yang jadi permasalahannya mengapa kok gak bisa selesai kuliah tepat
waktu? Harapan hati memang tidak sesuai dengan kenyataan. Kondisi ini banyak
dikeluhkan teman-teman saya termasuk saya sendiri. Banyak faktor yang
mempengaruhi dan banyak alasan yang dibuat agar diri pribadi bisa excuse atau berdalih. Beberapa faktor
atau alasan yang dibuat para mahasiswa yang tidak kunjung lulus kuliah sebagai
berikut:
Yang pertama, kerja atau bisnis
yang menghasilkan. Inilah yang banyak dialami para mahasiswa terutama mahasiswa
S2 dan S3 yang kuliah sambil bekerja. Bisnis menghasilkan ini dapat diartikan
bekerja di kantoran atau bekerja diluar kantoran seperti konsultan yang tidak
memiliki kantor tetap, motivator yang banyak memiliki client dan juga mereka yang punya usaha sendiri.
Sebagai contoh ada beberapa
teman saya yang menjadi konsultan yang cukup laris, sehingga banyak sekali
undangan untuknya untuk menyelesaikan problem perusahaan baik di Indonesia
maupun di luar negeri. Dengan penghasilan yang menggiurkan dia mulai menikmati
pekerjaannya. Di dalam hati kecilnya ingin sekali segera menyelesaikan
disertasinya. Namun, lagi-lagi undangan dari beberapa perusahaan itu datang. Jika
ditolak sayang, karena lumayan dapat honornya. Dan honor tersebut dipergunakan
untuk keluarga dan membayar biaya S3- nya. Sungguh suatu dilema, pekerjaan dan
disertasi sama-sama pentingnya. Dia selalu membawa laptop kemanapun pergi,
selain digunakan untuk presentasi, harapan hati laptop itu akan digunakannya
untuk meneruskan draf-draf disertasi yang belum selesai-selesai.
Pada kenyataannya setelah
kembali dari bekerja, matanya susah untuk dibuka karena mengantuk, otaknya
lelah dan perlu diistarahatkan. Yang
terbayang hanyalah tempat tidur dan bantal yang empuk. Sehingga urung lagi untuk mengetik.
Hal ini juga saya alami, hanya
berbeda cerita. Saya bekerja di suatu instansi pemerintah dengan dinamika yang
cukup tinggi. Karena saya bukanlah seorang bos besar tentunya tidak memiliki
banyak keleluasaan untuk menentukan sikap atau tindakan ketika berada di
kantor. Ketika ada waktu senggang, harapan hati ingin mengetik, namun ketika
melihat kanan kiri serasa tidak enak karena staf yang lain masih meneruskan
pekerjaannya. Mengetikpun sedikit curi-curi. Paling bisa menulis di pagi hari
sebelum semua staf datang. Saya berusaha datang lebih awal karena menghindari macet
dan dapat segera mengetik beberapa paragraf. Itupun tidak dapat setiap hari
saya lakukan karena saya juga mendapatkan perintah untuk mengikuti pelatihan pengembangan
diri dan harus hadir ditempat pelatihan. Banyak senior dan pejabat yang
mengikuti dan saya percaya merekapun sebenarnya juga sibuk. Jika membawa
laptoppun tidak akan digunakan karena semua peserta harus fokus pada pelatihan
tersebut. Tampak kurang sopan ketika membuka laptop sendiri.
Pada pelatihan tersebut terdapat
group discussion juga quiz yang harus diikuti dengan seksama.
Jika tidak, ketika mendapat giliran untuk menjawab pertanyaan maka akan terbata-bata
dan tampak tidak fokus. Dan ketika kembali ke rumah, badan dan pikiran serasa
lelah karena perjalanan yang lumayan lama karena jarak tempuh yang jauh dan
macet. Laptop terpaksa hanya dibuka dan dilihat saja.
Faktor kedua, cuti kuliah
karena alasan tertentu. Jika kita seorang pekerja, ada kalanya kita dipindahkan
ke suatu tempat yang baru jauh dari kampus dan tentunya harus segera beradaptasi
dengan lingkungan baru. Dinamika pekerjaan ditempat baru tidak dapat diprediksi
dan akhirnya memutuskan untuk cuti kuliah.
Alasan lainnya karena tidak
adanya dana yang cukup untuk bayar kuliah dan hidup sehari-hari dan terpaksa mencari kerja sampingan. Kondisi
diatas banyak dialami mahasiswa S2 dan S3. Sedangkan problem yang dihadapi
mahasiswa S1 dengan ekonomi pas-pasan ketika diterima bekerja terpaksa cuti
kuliah karena harus melaksanakan training
beberapa bulan sebelum bekerja.
Faktor berikutnya adalah
faktor yang sangat crucial, tidak
tahu dari mana datangnya dan tidak tahu dari mana penyebabnya, tiba-tiba motivasi
untuk menyelesaikan kuliah menurun dan bahkan hilang. Ini kondisi mental yang cukup
parah dan dialami banyak mahasiswa. Sadar bahwa harus segera menyelesaikan
tugas akhirnya, bahkan laptop sudah dibuka, dinyalakan dan tinggal mengetik
namun mata hanya bisa memandangi laptop yang sudah nyala dengan pikiran kosong.
Karena tidak segera mendapatkan ide akhirnya laptop ditinggalkan untuk me-recharge moodnya dengan membuat
secangkir kopi agar lebih fokus dan berusaha kembali duduk di depan laptop.
Mouse
sudah mulai bergerak mencari sumber referensi. Yang dicari masih belum sesuai dengan
apa yang diinginkan. Jika adapun minimal hanya dapat satu dan harus mengolah
kalimat agar tidak terkesan copy paste.
Secangkir kopi sudah habis, namun hanya mampu mengetik beberapa kalimat karena otak
dan mata mulai tidak bersahabat. Untuk memotivasi diri sendiri, terus
mendengarkan lagu-lagu terlebih dahulu sambil berbaring untuk mengumpulkan
energi agar dapat melanjutkan lagi menyusun kalimat. Sesekali melihat jam,
masih belum terlalu malam. Kemudian melanjutkan lagi berbaring dan lama
kelamaan tanpa sadar sudah ada di dunia mimpi hingga terbangun di pagi hari karena
suara alarm dari HP yang sudah di
setel tiap hari.
Yang keempat, kesulitan
dalam mengerjakan tugas akhir kuliah (skripsi/ tesis/ disertasi). Kesulitan ini
karena para mahasiswa belum mendapatkan panduan detail bagaimana mengerjakan
tugas akhirnya. Jam pelajaran pada saat materi kuliah Metode Penelitian tidak
dibahas secara mendalam. Mahasiswa mengerti cara membuat tugas terakhir karena browshing dari internet atau beli buku
panduan dari toko buku yang ditulis beberapa orang yang dianggap mengerti
tentang tugas akhir tersebut. Kebanyakan mahasiswa terbantu dari contoh tugas
akhir dari alumni sebelumnya. Jika mahasiswa dari kalangan pekerja, pada
umumnya memiliki sedikit waktu untuk membaca referensi-referensi tersebut sehingga
sulit untuk mengerti alur dari tugas akhirnya. Beberapa mahasiswa juga masih gaptek (gagap teknologi) sehingga
membuat mereka butuh waktu yang banyak untuk mengatur margin dan lainnya sesuai buku panduan.
Kendala lainnya, dosen
pembimbing memiliki jadwal yang padat, demikian juga dengan mahasiswa, sehingga
agak sulit mengatur jadwal bersama-sama untuk memberikan dan mendapatkan
bimbingan. Jika mahasiswa memiliki waktu bimbingan pada saat habis kerja,
kemungkinan besar dosen pembimbing tersebut sudah lelah karena mengajar atau
kegiatan rutin di kampus dari pagi hingga sore hari. Jika akhirnya dapat
bertemu, masih saja ada rasa sungkan dan takut yang dirasakan mahasiswa. Bentuk
kesulitan-kesulitan antara mahasiswa S1, S2 dan S3 tentunya berbeda walau ada
kemiripan. Semua tergantung kondisi mahasiswa , dosen dan lingkungan baik di
rumah maupun di kampus.
Nah, tentunya masih terdapat
faktor-faktor lain yang mempengaruhi mahasiswa tak kunjung lulus kuliah. Namun
demikian jika kamu seorang mahasiswa jangan menunda untuk menyelesaikan tugas
akhirmu sebelum datang rasa malasmu.
Fokus untuk menyelesaikan agar kamu tidak menjadi donatur tetap untuk kampusmu!
Semoga sukses, kejar terus
cita-citamu!
Jonggol, 22 Juni 2022
NANI KUSMIYATI
#lombamenulisblogpgri
#tantanganmenulissetiaphari
#Day 13
(edisi khusus penyemangat
untuk penulis sendiri)
Terima kasih Bu Mayor Nani utk inspirasinya (Guru Dion Indonesia)
ReplyDelete