KECERDASAN EMOSIONAL
Topik ini saya ambil dari
instagram @seputar kuliah. Hati terasa tergelitik untuk segera berbagi dengan
sahabat-sahabat blog dan pembaca setia blog saya. Setiap orang tentunya sudah
familiar dengan kata cerdas dan kecerdasan. Kecerdasan bukan hanya pikiran loh (Kecerdasan
Intelektual) tapi ini kecerdasan emosional. Dan kecerdasan ini penting dimiliki
seseorang agar sukses disegala bidang.
Apakah itu kecerdasan
emosional ?
Menurut KBBI, kecerdasan emosional atau
sering kita sebut emotional
quotient (EQ) adalah kecerdasan yang erat kaitannya dengan kepedulian dan
hati, baik antar sesama manusia, dengan makhluk lain, maupun alam sekitar.
Kecerdasan emosional dapat juga
diartikan kemampuan seseorang untuk menerima, menilai, mengelola serta mengontrol
emosi terhadap orang lain disekitarnya. Emosi mengacu pada perasaan terhadap
informasi atau suatu hubungan, sedangkan kecerdasan mengacu kepada kapasitas
untuk memberikan alasan yang valid akan suatu hubungan.
Untuk memaksimalkan kecerdasan
emosional maka yang pertama kali kita lakukan yaitu mengenali
setiap emosi yang ada pada diri kita sendiri. Apa yang kita rasakan, dan
bagaimana pengaruhnya terhadap orang lain. Ketika kita kesal terhadap
seseorang, pandai-pandailah menahan diri agar tidak marah di depan orang tersebut
dan lebih baik menghindar untuk tidak bertemu sementara waktu. Jika sudah lebih
tenang kita dapat berinteraksi lagi dengan orang tersebut.
Hal ini pernah dialami oleh
sahabat saya. Dia bercerita ketika berada di kantor, tiba-tiba bos wanitanya
dengan muka ditekuk, bersuara lantang memberikan arahan yang tidak mengenakkan
telinga dan cenderung menyalahkan orang lain. Sahabat saya mengungkapkan, sebenarnya
dia kesal sekali karena dia telah berusaha melakukan pekerjaan dengan baik. Namun
masih disalahkan. Ketika saya bertanya tentang sikapnya menghadapi bosnya
tersebut, dia bilang hanya bisa berdiam menahan
amarah dan kesal seraya berdoa semoga segera dilapangakan hatinya. Dia tidak
perdulikan kata-kata bosnya yang tidak mengenakkan hati karena dia tidak ingin
berkonfrontasi. Tidak berapa lama bosnya pergi dan berpamitan dengan suara
lebih lunak sambil bilang kalau kepalanya pusing.
Jika melihat pengalaman
sahabat saya, maka kita dapat menganalisa bahwa rasa kesal dan marah yang tidak
beralasan akan melukai hati orang lain dan diri sendiri akan menanggung
akibatnya. Rasa pusing akan timbul dan sikap bos yang meledak-ledak akan
diingat oleh bawahannya. Memang tidak mudah untuk mengasah kecerdasan emosional
namun bisa dipelajari dan dilatih.
Kedua, rasa empati untuk
memahami bagaimana jika kita berada di posisi orang lain. Jika seseorang sedih
kita perlu membantu menenangkan atau membantunya. Jangan bersikap masa bodoh
jika ada orang lain kesusahan. Terlebih jika dia meminta pertolongan kita,
karena suatu saat kitapun butuh pertolongan orang lain juga.
Ketiga, mampu mengontrol
diri pada hal-hal negatif dan menemukan cara bijak untuk mengekspresikannya. Sebagai
contoh ketika kita dipromosikan untuk menduduki jabatan yang lebih tinggi namun
ternyata jabatan itu orang lain yang mendapatkan. Pasti kecewa dan kesal. Namun
jika kita memiliki kecerdasan emosional maka kita akan berpikiran positif bahwa
jabatan itu belum rejekinya dan berusaha untuk tetap mengembangkan diri dengan
mengikuti pelatihan atau mengembangkan hobi.
Keempat, mampu memotivasi
diri sendiri saat berada di titik terendah. Setiap orang pasti pernah mengalami
kondisi terpuruk di dalam hidupnya. Bekerja di suatu institusi dengan fasilitas
minimalis dan jarak tempuh berjam-jam. Tabungan sedikit demi sedikit menipis
untuk beli BBM dan bayar toll. Tetap disyukuri karena Allah SWT masih
memberikan kesehatan juga kesempatan untuk belajar dari pengalaman orang lain
dan lingkungannya.
Kelima, memiliki social skill yaitu skill dalam
berkomunikasi baik secara verbal maupun non verbal, memahami tentang leadership, dan aktif mendengarkan. Ketika berkomunikasi kita harus pandai memilih
kata-kata yang tepat agar lawan bicara kita mudah memahami dan dapat menerima
ide-ide kita. Jangan mendominasi percakapan, berikan orang lain kesempatan untuk
mengungkapkan pendapatnya. Jadilah pendengar yang baik. Biarkan lawan bicara
kita menyelesaikan kata-katanya. Jika kita seorang atasan, dengarkanlah keluh
kesah bawahan kita atau saran-saran yang disampaikannya.
Nah, itu tentang kecerdasan
emosional atau emotional
quotient (EQ) yang dapat saya sampaikan, semoga bermanfaat.
Jonggol, 18 Juni 2022
NANI KUSMIYATI
#lombamenulisblogpgri
#tantanganmenulissetiaphari
#Day 9
Posisikan orang lain seperti diri kita, jadi kita akan lebih berhati-hati dalan berucap dan bertindak. Jangan sampai melukai orang lain. Trimakasih mbk.. tulisan yang sangat bermanfaat.
ReplyDeleteMakasih mba
DeleteInspiratif bun, sangat2 bermanfaat
ReplyDeleteWowww ... Udah lama, saya berharap ada yg nulis ttg kecerdasan emosional ... Terimakasih bu Nani ... Semakin lengkap refensi pribadi ... Sangat informatif
ReplyDelete