RASA MALAS YANG BAIK UNTUK KESEHATAN MENTAL
Masih topik dari instagram
@seputar kuliah. Kali ini saya membahas tentang rasa malas yang baik untuk kesehatan mental. Tampaknya
aneh ya jika melihat judul ini. Mana ada rasa malas baik untuk kesehatan
mental? Eits tunggu dulu ini rasa malas yang lain hlo. Yuk kita lihat apa saja
yang baik dari rasa malas yang ini!
Yang pertama, malas
membicarakan keburukan atau bergosip tentang orang lain. Biasanya tuh kita suka
banget bergosip, terlebih jika ada hal yang aneh dengan orang lain. Tapi kalau
bergosip tentang kebaikan atau keberhasilan orang lain tidak apa-apa. Justru
menjadi penyemangat untuk kita dapat melakukan hal yang sama. Yang terpenting
tidak dibumbui hal-hal negatif.
Sebagai contoh, dalam suatu
percakapan di kantor, "Eh, Dita dapat promosi jabatan hlo. Dia sangat
beruntung baru saja pindah di kantor
baru, sudah mendapatkan rejeki lebih bagus daripada seniornya yang telah lama
bekerja." Jika kita memahami percakapan tersebut, pertama membicarakan
kesuksesan seseorang namun kata-kata, “Kok bisa ya,” adalah kata-kata negatif. Padahal
seseorang mendapatkan promosi jabatan mungkin karena memang dia mampu dan
pantas menduduki jabatan tersebut.
Yang kedua, malas untuk
mendramatisir kehidupan. Kehidupan yang dijalani ya memang seperti apa adanya.
Jika memang kita sedih ya faktanya memang sedih. Tidak perlu seolah-olah kita
bahagia. Namun bukan berarti meratap ya, karena kesedihan dan kebahagiaan
adalah dinamika kehidupan. Dan ketika kita bahagia karena kehidupan yang sangat
mapan tidak perlu dipamerkan walaupun mungkin kita adalah salah satu crazy rich. Karena tidak setiap orang
disekeliling kita suka dengan kesuksesan atau kebahagiaan kita.
Yang ketiga, malas
menanggapi ejekan dan komentar buruk orang tentang karya positif yang sedang
diperjuangkan. Ketika kita sedang mengerjakan proyek yang kita anggap positif dan
tidak merugikan orang lain, jalani saja. Tidak perlu didengarkan komentar orang
yang tidak membangun. Boleh mempertimbangkan saran yang mendukung rencana kita namun
bukan saran yang menghambat kemajuan kita.
Yang keempat, malas berlomba-lomba
dalam gaya hidup. Saya pribadi menyukai gaya hidup seperti apa adanya, yang
terpenting saya merasa nyaman dan tidak membebani orang lain. Jika saya punya
uang saya akan beli benda-benda yang memang benar-benar saya perlukan bukan
hanya sekedar asesoris supaya tampak elegan. Semua disesuaikan siapakah diri
kita dan apakah profesi kita. Jika kita seorang model kita mungkin harus mengenakan
barang-barah mewah atau glamour karena tuntutan pekerjaan. Namun dalam
kehidupan sehari-hari sebaiknya tidak menghambur-hamburkan harta karena tidak
selamanya kita akan berada di level atas. Jika gaya hidup kita terlalu
berlebihan pasti akan mengundang banyak musuh karena pasti ada yang tidak suka
atau iri.
Yang kelima, malas ikut
campur dalam kehidupan pribadi seseorang.
Tentu dong tidak ada manfaatnya kita mencampuri kehidupan orang lain
karena orang lain pasti tidak suka jika kehidupan pribadinya dicampuri. Kecuali
jika kita dimintai pendapat atau saran, barulah kita berikan saran yang positif
namun jangan saran yang akan memperkeruh suasana.
Nah bagaimana menurut para
pembaca tentang rasa malas ini?
Jonggol, 20 Juni 2022
NANI KUSMIYATI
#lombamenulisblogpgri
#tantanganmenulissetiaphari
#Day 11
Keren artikelnya malas yang menyehatkan 😄
ReplyDeleteBetuuul Bu mayor saya paling pemalas itu . Ngurusin hidup sendiri aja males haha
ReplyDeleteBerlomba2 gaya hidup pasti makin marak. Tetap sederhana dan sahaja lebih bagus y
ReplyDelete