Seperti di
beberapa tulisan saya di blog sebelumnya, pelajaran yang saya salin ini dapat
diresapi oleh para pembaca, maka pelajaran ini saya sajikan seperti apa yang
dikatakan oleh narasumbernya, dalam hal ini narasumber adalah OM Bud dengan
moderator Om Asep Herna. Untuk membuka pelajaran,
moderator mengawalinya dengan salam. Mari kita simak pelajaran malam ini.
“Assalamu'alaikum
warahmatullahi wabarakatuh.”
Teman-teman,
ketemu lagi kita di Level 2 The Writers, yang akan kita jalani dalam 12 sesi ke
depan. 6 sesi dari Om Budiman Hakim dan 6 sesi bersama saya.
Malam ini, Om Bud
akan mengawali sesinya dengan tema "Karakterisasi".
Seperti biasa,
saat Om Bud memberi materi, grup akan di-lock agar clean. Bila teman-teman ada
pertanyaan, silakan tulis via WA saya di 087778031272. Nanti pertanyaan akan
saya sampaikan di sesi Tanya Jawab.
Baiklah
teman-teman, gak sabar kita baca sharingnya Om Bud. Mari kita langsung saja
sambut Om Buuudiiimaaan Haaakiiiim...
Temen-temen
sekalian, selamat berjumpa lagi di sesi kedua. Malam ini kita akan membahas
tentang Karakterisasi dalam sebuah penulisan. Tapi sebelumnya saya akan
membahas awalannya dulu gapapa ya ....
KARAKTERISASI
DALAM PENULISAN.
Kalau ada orang
tanya, tulisan seperti apakah yang kita bisa anggap bagus?
Dulu saya rada
bingung nyari jawabannya. Tapi sekarang kita sudah sepakat bahwa tulisan yang
bagus adalah yang menggugah emosi (dalam konteks positif tentunya).
Menggugah emosi
itu seperti apa sih maksudnya?
Dalam hidup ini
berapa kali kita ketawa? Berapa kali kita menangis? Berapa kali kita terharu?
Pasti banyak, kan? Semua hal tersebut di atas adalah saat hati kita tergugah
oleh sesuatu. Nah, kenapa semua perubahan emosi tersebut ga kita tulis? Kalo
jelas-jelas kita tergugah oleh suatu peristiwa, logikanya orang pasti tergugah
juga, dong, kalo kita ceritain kan? Pertanyaannya adalah, apakah kalian masih
suka berpikiran, “Gue, sih, pengen latihan nulis tapi ga tau harus nulis
apa." Kita sudah belajar memancing ide dengan 6 benda di sekitar kita,
bukan? Nah, sekarang kita bisa mencoba menggunakan rumus 3P di bawah ini.
Sebuah rumus yang ampuh buat penulis pemula. Apa aja sih 3P itu?
1.
PENGALAMAN:
Yaitu segala
peristiwa yang menggugah hati dan KITA ALAMI sendiri.
Saya pernah
bilang bahwa saya punya folder khusus di laptop yang saya kasih judul ˜gudang
ide“. Isinya adalah pengalaman saya yang menggugah hati. Semuanya saya
kumpulkan dalam folder itu. Pengalaman itu ga perlu berupa kejadian besar.
Kejadian sehari-hari pun bisa jadi menarik kalo kita sedikit lebih peka.
Misalnya: Kepala
Anda kejatuhan cicak padahal Anda jijik bukan main sama binatang itu. Sebagai
adegan membangun situasi udah asyik, kan? Anda kaget dan panik, sementara
Isteri Anda menjerit karena menyangka Anda sedang dilanda kesakitan hebat. OK,
kita stop di sini dulu. Meskipun pengalaman kalian cuma segini...gapapa.
Tulisakan aja. Nanti pasti ada gunanya.
Pengalaman adalah
P1. Sekarang kita masuk ke P2. Apakah P2 itu?
2.
PENGAMATAN:
Yaitu segala hal
yang menggugah hati tapi TIDAK Anda alami sendiri. Bisa saja Anda menemukan hal
itu di film, buku, internet atau dari cerita orang lain. Kita, kan, sering kan
menerima email atau WA dari temen yang isinya seru. Ada yang berupa cerita
haru, ada jokes, ada plesetan pokoknya apa aja. Nah, kalo ada yang menggugah
hati biasanya saya copy paste lalu saya kumpulkan juga di folder tadi.
Kalo PENGAMATAN
ada yang berhubungan dengan PENGALAMAN yang kita tulis, kita bisa ngegabungin
kedua peristiwa itu.
Misalnya: Ketika
Anda kejatuhan cicak, pembantu Anda mulai menghubungkannya dengan takhayul
bahwa itu adalah pertanda akan ada musibah menimpa keluarga Anda. Gara-gara
cerita takhyul itu hidup Anda jadi ga tenang. Setiap jam kalian menelpon isteri
ke rumah, “Lo baik-baik aja, kan? Anak-anak di mana? Mereka juga baik-baik aja,
kan?”
Hehehehehehe…Sebetulnya
kita gak percaya pada takhayul tapi ketika itu berhubungan dengan orang yang
kita cintai sering kali kita jadi takut beneran. Khawatir kalo isteri atau anak
kita akan mendapatkan musibah beneran.
Sampe sini
nangkep kan? Saya udah menghubungkan pengalaman dan pengamatan. Pengalaman
adalah yang kalian alami sendiri yaitu kejatuhan cicak. Dan pengamatan
diperoleh dari ocehan pembantu tentang takhyul tadi.
Kalo kebetulan
kita mempunyai kisah lain seputar cicak maka itu bisa digunakan untuk
memperkaya tulisan kita. Pokoknya benang merahnya adalah CICAK.
Misalnya ada anak
tetangga yang sering makan cicak untuk menyembuhkan penyakit kulit yang
dideritanya. Karena kesulitan mendapatkan cicak, ayah anak itu mengumumkan
bahwa dia bersedia membeli cicak pada siapa pun yang hendak menjualnya. Akibatnya
anak-anak di seputar kampung tersebut ramai-ramai berburu cicak untuk dijual
pada si sakit. Situasinya jadi tambah menarik, kan? Tulis dan gabungkan dengan
hasil tulisan awal yang kita peroleh dari pengalaman.
Pengemasan adalah
memberi bumbu pada tulisan kita agar menjadi tambah menarik. Bagaimana cerita
seputar cicak di atas jadinya kalo kita beri pengemasan?
Misalnya: Ketika
Anda kejatuhan cicak Anda mengalami kesulitan untuk mengusirnya dari kepala
karena Anda memakai Jel rambut yang daya rekatnya kuat sekali. Coba liat? Makin
seru, kan? Isteri Anda berusaha membantu dengan menepok-nepok kepala Anda. Karena
dia juga jijik sama cicak, dia tidak berhasil mengusir cicak tersebut. Binatang
itu ga copot-copot juga dari rambut Anda. Cicak itu sebenernya juga ketakutan
tapi dia sulit melepaskan diri akibat daya rekat jel Anda yang begitu kuat. Saking
panik, isteri Anda mengambil sapu dan menyabet kepala Anda dengan keras. PLAK!!!!
“Nguing….nguiiiiing….nguiiiiing.”
Terdengar suara ambulans. Rupanya Anda mengalami gegar otak karena berkali-kali
dihantam sapu oleh isteri sendiri. HAHAHAHAHAHA…..
Dapet,
kan, pengemasannya?
Untuk memperkaya
tulisan, Anda juga bisa menyelipkan jokes di sana-sini seputar cicak atau
apapun yang relevan. Untuk memaksa orang agar terus membaca tulisan kita hingga
tamat, tambahkan cerpenting, kutipan, jokes atau menggunakan keywords supaya
penyajiannya lebih segar.
Key
words itu apa sih? Pasti ada yang bertanya dalam hati.
“Sejuta topan
badai, cacing kerriiiing!! Kebo Jigongan!!!!” Ini adalah contoh keywords yang
Kapten Haddock sering gunakan dalam komik Tintin.
Jadi teman-teman,
cobalah praktekkan metode 3P ini. Percayalah cara ini akan membuat cerita kita
lebih kaya dimensi. Karena kita mengambil berbagai referensi yang akan membuat
cerita kita unexpected.
Proses berlatih
menulis seperti inilah biasanya yang saya lakukan di dalam Blog. Apapun yang
menggugah hati, saya coba tuliskan dan saya lakukan pengemasan supaya ceritanya
jadi lebih dramatis. Komentar teman-teman di blog merupakan masukan berharga
karena saya jadi punya kesempatan untuk memperkaya dan memperbaiki tulisan saya
dari komentar tersebut.
Misalnya ada
temen ngasih komen, “Gue juga pernah punya pengalaman kocak seputar cicak…” Kalo
ceritanya menarik, saya biasanya minta ijin sama dia untuk menggunakan cerita tersebut
untuk melengkapi tulisan saya. Intinya semua peluang yang berpotensi untuk
membuat tulisan kita lebih sempurna jangan disia-siakan. Temen kita pasti gasih
ijin karena kita akan menuliskann namanya sebagai sumber cerita.
Okay, sekarang
anggaplah kita sudah mempunyai cerita untuk dituliskan. Saran saya, sebelum
mulai menulis, coba dibentuk dulu karakter masing-masing tokoh. KARAKTER adalah
faktor yang SANGAT PENTING dalam penulisan.
KARAKTERISASI
Saya punya temen
namanya Fauzi. Nama panggilannya Bontot karena dia memang anak bungsu. Dia
penggemar berat Elvis Presley. Sehari-hari Bontot sering mengenakan pakaian
seperti Elvis. Saya suka ketemu dia di Teebox Kafe di Jalan Wijaya, Kebayoran
Baru. Di sana dia sering minta ijin pada home band di sana untuk nyumbang lagu.
Tentu saja dia selalu menyanyikan lagu-lagunya Elvis. Kalau sudah di atas
panggung ... Wah jangan ditanya lagi. Dia bisa bernyanyi dan menari bak Elvis
sampai kafe tutup. Selama dia menyanyi, banyak pegunjung yang memberi saweran
pada temen saya ini. Tentu saja dia makin bersemangat nyanyinya. Begitu
kagumnya dia pada karakter Elvis sehingga dia cenderung meninggalkan karakter
pribadi dan meminjam karakter idolanya. Tanpa disadari dia merasa lebih nyaman
menjadi Elvis imitasi daripada menjadi dirinya sendiri.
Oups! Ternyata
bukan Si Bontot aja, banyak rupanya yang demen jadi Elvis imitasi.
Hehehehehe..... Dari kisah Si Bontot ini, kita bisa mengambil kesimpulan betapa
pentingnya karakterisasi itu. Banyak orang yang sengaja mengenakan pakaian
hitam terus menerus, atau mengenakan seragam tentara setiap hari, memakai baret
tanpa henti dengan resiko rambut rontok. Kenapa? Ternyata tujuannya cuma
sekedar membentuk karakterisasi.
Mengapa Dedy
Corbuzier dulu sering berdandan serba hitam, alis besar dan berkepala botak? Ya!
Dia ingin menciptakan karakter yang unik. Konon setiap hari dia harus mengerik
kepalanya agar identitasnya tetap terjaga. Dengan atribut seperti itu dia
mempunyai keyakinan bahwa penampilannya bakalan jadi outstanding dibandingkan
tokoh lainnya.
Limbad, pesulap
alumni The New Master malah sampe mau-maunya ga ngomong di depan publik. Gila
ya? Orang rela menyiksa diri seperti itu hanya untuk menemukan DIFERENSIASI dan
memiliki identitas unik.
Apapun siap
dilakukan untuk pembentukan sebuah karakter yang mengundang perhatian khalayak.
Point saya adalah: Kalo di dunia nyata saja seperti itu, berarti begitu jugalah
yang terjadi dalam penulisan. Karakterisasi adalah faktor yang ga bisa
ditawar-tawar lagi. Pembentukan karakter pada sebuah tokoh akan membuat cerita
kita menjadi menarik.
Cobalah
perhatikan komik Tintin. (Buat yang belom pernah baca atau liat filmnya,
silakan googling ya). Kita dengan mudah bisa menjabarkan masing-masing karakter
di dalam komik tersebut.
Yuk, kita bedah
satu-persatu ya:
1. Tintin.
Seorang wartawan yang baik hati, pintar, pemberani dan suka petualangan.
2. Kapten
Haddock, seorang mantan pelaut yang selalu meledak-ledak, pemarah, sembrono
dan peminum wiski.
3. Profesor
Calculus yang jenius, linglung dan kurang pendengaran.
4. Si kembar
detektif Thompson dan Thomson yang blo’onnya minta ampun.
5. Bahkan untuk
Snowy pun karakternya dipikirin banget. Seekor anjing Terier putih, lucu dan
cerdas.
Semua tokoh di
atas karakternya kuat sekali dan sulit untuk dilupakan. Jadi bisa dibayangkan
bagaimana pentingnya membangun sebuah karakter dalam sebuah penulisan.Kita
perlu memikirkan bagaimana membangun tokoh utama/protagonis, bagaimana
membangun tokoh antagonis dan jangan dilupakan semua tokoh bawahan/pendukung
juga perlu diberi karakterisasi. Karakter yang kuat akan membuat tokohnya
melekat kuat di otak para pembaca.
Dari tadi kita
ngomongin soal karakter. Sebetulnya apakah karakter itu? Jangan-jangan ada di
antara kalian yang belum memahami apa itu karakter. Di batch-batach sebelumnya,
saya selalu menanyakan pada para
peserta, apa itu karakter. Dan tau gak? Saya mendapatkan 4 jawaban yang
berbeda. Ada yang bilang karakter adalah 1. Tipe huruf. 1. Sifat. 3. Tokoh 4.
Tokoh kartun Betul, sih. Semua jawabannya gak ada yang salah. Tapi dalam
konteks penulisan malam ini, yang saya maksud adalah tokoh dengan faktor
pembeda yang kuat.
Percaya gak?
Begitu pentingnya faktor karakterisasi sampai-sampai di Hollywood ada jabatan
yang namanya Character Director. Tugasnya adalah MENGEMBANGKAN sebuah karakter
tokoh tapi sekaligus menjaga agar KARAKTER DASARNYA TIDAK HILANG. Satu orang
tokoh disupervisi oleh seorang character director. Kebutuhan character director
ini biasanya ini diperlukan untuk film-film seri yang episodenya banyak.
Misalnya kayak sitcom Friends, Golden Girls, Cheers dll. Coba perhatikan sitcom
tersebut di Youtube.
Dengan mudah kita
akan mengenal masing-masing tokoh dengan kekhasan karakternya. Karena
episodenya banyak banget, produsernya takut lama-lama penonton akan bosan. Itu
sebabnya pada episode yang ke sekian, KARAKTER mereka akan dikembangkan oleh
charakter directornya. Hebatnya Sang Charakter Director mampu mengembangkan
karakter setiap tokoh TANPA MERUBAH KARAKTER DASARNYA. Sehingga penonton tidak merasakan perubahan
itu. Yang mereka rasakan adalah bahwa mereka tidak pernah bosan dengan film
tersebut padahal udah tayang ratusan episode. Hebat banget ya.....
Salah satu orang
Indonesia yang jago soal menciptakan karakter adalah Pak Teguh pendiri
Srimulat. Nama aslinya Kho Tjien Tiong yang lalu berganti nama dengan Teguh
Slamet Rahardjo. Pak Teguh buat saya luar biasa banget. Kalian tentunya pernah
ngeliat tokoh Gepeng, Tessy, Johny Gudel, Jujuk, Tarzan, Paul, Gogon, Asmuni,
Bambang Gentolet, Triman, Basuki dan masih banyak lagi. Mereka semua mempunyai
karakternya sendiri-sendiri. Dan karakternya semua sangat kuat. Believe it or
not, semua karakter tersebut diciptakan oleh Pak Teguh. Itu sebabnya ketika Pak
Teguh meninggal, Srimulat langsung kocar kacir seperti sekumpulan bebek tak
bertuan.
MENGIMPLEMENTASIKAN
KARAKTER DALAM CERITA
Jadi jika kita
ingin menulis sebuah cerita, pastikan kita memberi karakter yang menonjol pada
masing-masing tokoh. Yang paling gampang tentu saja adalah menciptakan tokoh
penjahat dan jagoan. Si Jagoan orangnya nyenengin, ganteng, jago berantem,
punya ilmu atau kekuatan super dll.
Sebaliknya Si
Penjahat sangat jahat, orang nyebelin, sangar, sadis. Persamaan keduanya adalah
sama-sama jago berantem, sama-sama punya ilmu atau kekuatan super yang
berimbang. Kenapa harus berimbang, karena jika jagoannya terlalu sakti, sangat
sulit buat pengarangnya untuk membangun ketegangan. Itu sebabnya keduanya harus
punya kemampuan yang berimbang. Jadi di dalam cerita Si Jagoan dibuat kesulitan
untuk mengalahkan Si Penjahat. Bahkan supaya lebih seru, Si Jagoan dibikin
kalah dulu oleh penulisnya. Dengan cara demikian, di akhir cerita Si Penulis
akan memuaskan rasa marah pembaca pada Si Penjahat. Bagaimana caranya? Sang
Jagoan akan meluluhlantakkan Si penjahat dengan sadis lalu cerita berakhir
dengan pesan bahwa kebaikan selalu menang dari kejahatan. Tapi cerita seperti
itu seringkali tidak memuaskan bagi pembaca yang senang berpikir. Buat mereka
cerita-cerita seperti itu gak membutuhkan otak. Buat mereka cerita2 seperti itu terlalu mudah
ditebak. Mereka tau bahwa apapun yang terjadi sebelumnya pastilah cerita selalu
berakhir dengan kemenangan Sang Jagoan. "BASI!" kata mereka.
Untuk pembaca
seperti ini, kita perlu membuat cerita yang cerdas. Cerita yang mampu mengajak
pembacanya berpikir dan berimajinasi. Kita perlu menulis cerita yang netral.
Tidak ada tokoh jagoan dan tidak ada tokoh penjahat. Yang ada adalah tokoh
utama dan tokoh kedua. Bisa jadi keduanya sama-sama baik. Konflik dibangun
berdasarkan kehidupan nyata. Di kehidupan nyata tidak ada tokoh baik dan jahat.
Dalam kehidupan nyata seringkali konflik muncul karena sebuah kebaikan
berbenturan dengan kebaikan lainnya. Tidak mudah untuk membuat karakter jika
tidak ada Jagoan dan penjahat. Kalo gagal maka cerita kita akan menjelma
seperti sinetron2 murahan. Semua karakter keliatan sama satu sama lain. Memang
tidak mudah tapi di situlah seninya. Di situlah tantangannya. Ketika sebuah
cerita ditulis tanpa tokoh penjahat dan jagoan, di situlah kita perlu membuat
karakterisasi yang unik sebagai faktor pembeda. Kedua tokoh, baik itu tokoh
utama maupun tokoh kedua, harus mempunyai karakter pembeda.
Meskipun keduanya
tampak sama-sama baik, penulis sering memanfaatkan sudut pandang agar pembaca
tetap berpihak pada tokoh utama. Setelah kedua karakter tersebut sudah mapan
dengan karakter masing-masing barulah kita memikirkan tokoh ketiga, tokoh
keempat dan tokoh pendukung lainnya. Selanjutnya, perkuatlah karakter
tokoh-tokoh tersebut dalam cerita kita. Misalnya Si A orangnya serius, Si B
kekanak-kanakkan, Si C orangnya bolot. Terserah! Karakterisasi akan membuat si
tokoh menjadi sangat menarik.
Karakter yang
kuat akan membuat orang dengan mudah mengingat semua tokoh-tokoh penting dalam
cerita kita. Kita bisa menciptakan 2 karakter yang tali perhubungannya lebih
menyentuh hati.
Misalnya dengan
menghadirkan tokoh kakek dan anak kecil. Biasanya persahabatan antara kakek dan
cucu selalu mengharukan. Misalnya saya selalu terharu ngeliat hubungan Jokowi
dan Jan Ethes.
Copywriter saya
pernah membuat teks radio dengan menggunakan tokoh kakek dan cucu. Karena dia
kesuitan membentuk karakter mengigat iklan radio hanya punya fasilitas audio. Tapi
jadinya OK banget.
RADIO
GEMA MP3
Coba dengerin
dulu. Di sinikita akan mendengar dua karakter yang sangat berbeda. Semoga bisa
diputer ya....
Untuk kasus radio
atau podcast, karakter dapat diperkuat dengan cara menambahkan atribut
seperti dialek, gagap, suara cegukan
atau kebiasaan unik. Terserah kalian aja sepanjang membuat karakter si tokoh
menjadi lebih bagus.
CEGUKAN
KitKat.wav
Ini contoh
penambahan karakter dengan cegukan.
Banyak juga orang
yang menghadirkan tokoh bencong. Karena cara bicara bencong selalu unik dan
heboh.
Misalnya tokoh
bencong di film Catatan Si Boy. Hadoh! Jadul amat ya gue???
Semua orang yang
pernah menonton film itu pastinya masih ingat dengan EMON, tokoh bencong
tersebut yang diperankan dengan sangat baik oleh Didi Petet.
BENCONG.wma
Ini contoh
menggunakan suara bencong sebagai pembentukan karakter. Kalo ini emang sering
ada yg ngeluh karena gak bisa dibuka. Tapi sekarang semoga semua bisa buka
ya.....
Kita juga bisa
merekayasa karakter tokoh dengan membuatnya gagap dalam berbicara, seperti Aziz
Gagap.
Bisa juga kita
menghadirkan tokoh yang selalu bicaranya latah atau kalian punya ide yang lain?
Banyak kok yang bisa digali.
Sesi
Tanya Jawab :
Pertanyaan
pembuka dari @Mba Ana : Assalamualaikum, malam om Bud & Kang Asep. Cicak oh
cicak.. bikin ketawa ngekek ga berhenti. Pertanyaan nya: Dalam penulisan,
banyak/sedikit tokohnya yang telah dibuat karakteristiknya, apakah akan
mempengaruhi sebuah tulisan.
"Tidak mudah
untuk membuat karakter jika tidak ada jagoan dan penjahat. Kalo gagal maka
cerita kita akan menjelma seperti sinetron2 murahan. Semua karakter keliatan
sama satu sama lain.
P - Cerita
-cerita ini terus bertengger di stasiun televisi swasta, karena rating nya
tinggi. Penontonnya yang kebanyakan maaf kurang cerdas, atau faktor apa yang
membuat peminatnya tidak sedikit penikmat sinetron yang bisa jadi murahan. Terimakasih
om Bud & kang Asep.
J - Iya banyak
penonton yg kurang cerdas. Makanya banyak orang yang bilang tontonan di TV
banyak yg gak mendidik. Maksudnya ya gitu didiklah penonton supaya selalu
berpikir.
P - Kalau tokoh
ceritanya adalah tokoh nyata, boleh nggak dibuat imajinasi karakternya versi
kita sendiri.
J - Tergantung
kamu mau bikin cerita apa? Kalo fiksi berdasarkan kisah nyata ya boleh-boleh
aja diperkuat karakterisasinya.
Tapi kalo mau
bikin semacam biografi atau autobiografi, seharusnya musti sesuai dengan
kenyataannya. Seharusnya tapi realitanya juga gak gitu sih. Kenapa?
Saya pernah jadi
ghost writer untuk menulis buku biografi seseorang. Dan dia mencoret tulisan
saya, katanya "Kok di peristiwa ini saya keliatan lemah?" Padahal
saya nulis seperti adanya berdasarkan wawancara dengannya.
Dia ketawa
mendengar alasan saya sambil bilang, "Yang jelek-jelek jangan ditulis
dong. Kalo mau ditulis juga tolong diubah sikap saya, minimal saya harus keliatan
heroik lah." Hehehehehehe....
Dari sini dapat
disimpulkan bahwa kita juga gak boleh percaya sama sejarah begitu saja. Ada
keberpihakan dan ada sudut pandang dari penulisnya.
Kalo kata Asep,
"History itu emang artinya 2. Satu artinya sejarah. Dan satu lagi artinya
'His Story."
Oya, tadi kata
@Mba Ana Writers 8 pertanyaan pertama belum dijawab Om:
P
- Pertanyaan nya:
Dalam penulisan,
banyak/sedikit tokohnya yang telah di buat karakteristik nya, apakah akan
mempengaruhi sebuah tulisan. Terimakasih om Bud & kang Asep.
J - Tergantung
kamu lagi nulis apa. Kalo cerpen cukup satu atau dua orang aja yang dikasih
karakter.
Kalo novel bisa
jadi lebih. Jadi gak ada ukurannya. Cukup sesuai kebutuhan.
P - Dari @Oksand:
Tanya: Saya malah karakterisasi di sini yang dimaksud adalah karakter tulisan
(gaya menulis, cara/ gaya bercerita) tapi sekalian saya tanya aja. Bagaimana
seorang penulis dpt membuat karakter tulisannya Om? Sehingga pembaca kalau baca
tulisan dia akan berkata: oh, ini pasti tulisan dia!
J - Saya lagi
ngomongin karakter yang berkenaan dengan tokoh. Bagaimana memperkuat tokoh2
utama agar menonjol dari karakter lainnya.
Kalo ngomongin
karakter yang lain bisa panjang banget. Misalnya karakter setting, karakter
cerita an banyak karakter2 lainnya termasuk karakter penulisan.
Kalo karakter
penulisan biasanya itu butuh proses untuk menemukan ciri khas personal. Jaranga
banget orang langsung menemukan karakter penulisannya di awal-awal. Biasanya
dia akan nyontek gaya penulis yang diidolakannya dulu.
Dan itu yang
dilakukan oleh Ayu Utami. Dia nyontek gaya penulisan Gunawan Muhammad. Begitu
persisnya sampe2 orang mencurigai bahwa itu itu emang tulisan GM.
Bahkan yang
seneng bergosip malah nambahin bahwa itu memang tulisan GM. Dan mereka berdua
katanya pernah pacaran. Hehehehehehe.....
P - Dari @Tonz: Malam
Ombud, Kang Asep mau tanya, apakah karakteristik itu sama dengan personal
branding? Apakah untuk pembentukan karakter diperlukan riset?
J - Aduh! Ini
Toni pinter banget. Iya betul, pembentukan karakter sama persis dengan pembentukan
brand character. Karena dalam ilmu marketing brand adalah sebuah personalitas.
Kita kan sering
ditanya, kalo brand ini diumpamakan dengan seseorang (biasanya artis), dia ini
siapa? Apakah Luna Maya, Syahrini atau Sule?
P - Dari @Citra
Yuliasari: Saya ingin menanyakan ,apakah dalam penulisan sebuah buku kita
sebaiknya membentuk karakter dengan menuliskan karakternya di awal seperti
" Rinjani adalah perempuan cantik , pemberani dan sangat meyanyangi
keluarga atau membiarkan pembaca mengerti sendiri dari membaca alur cerita kita
om? Terima kasih
J - Ada penulis
yang menggambarkannya dari awal dengan bentuk deskripsi seperti itu. Tapi kalo
saya sendiri lebih seneng menceritakannya dalam bentuk narasi. Dan saya biarkan
karakternya muncu saat konflik terjadi. Kenapa demikian? Karena saya pengen
bikin pembaca terkejut dan bilang, "Ih, gak nyangka Si Citra yang lembut
begitu ternyata berani melawan mertuanya." Misalnya Hehehehehehe....
P - Dari @madany:
Karakter itu sama dengan persona ya om Bud? Dalam menulis cerita baiknya
dimulai dari nyusun karakternya dulu atau plotnya, Om? Matur nuwun saestu.
J - Saya gak
ngerti apa yg kamu aksud dengan persona. Jadi lebih baik kita menggunakan
istlah yang paling umum "KARAKTER"
Soal memulainya,
itu juga gak ada ukurannya karena seperti saya biang sebelumnya, ide itu
seringkali datengnya random. Jadi bisa aja sebuah cerita udah selesai tau2 kita
dapet ide, "Kenapa kita gak bikin tokohnya selalu menyanyi setiap kali
depresi. Dan lagu-lagu yang dinyanyikan selalu lagu-lagu Beatles."
Itu yang terjadi
pada film I am Sam. Bintang utamanya, Sam (Dibintangi oleh Sean Penn), yang
idiot itu kan karakternya udah kuat. Tapi sutradara memperkuat karakternya
dengan membuat Sean Penn selalu menyanyikan lagu2 Beatles setiap lagi stress.
Closing
speech dari Om Bud.
OK teman-teman,
karakterisasi adalah faktor yang sangat penting dalam menulis cerita. Coba
kalian pikirin film apa yang paling diinget. Biasanya yg muncul hampir selalu
yang karakternya kuat. Misalnya I am Sam, Rain man, dan lain-lain.
Saya malam ini
gak akan gasih PR. Tapi kalo kalian akan membuat tulisan baru, coba praktekin
membuat karakter-karakter yang unik. Bisa Si Gagap, Si Bolot, Si Latah, Si
Pincang, Si Buta, itu biasaya adalah contoh2 karakter yang kuat.
Karakter bisa
juga diperkuat dengan pakaian yang unik, atau kebiasaan yang aneh. Misalnya Al
Pacino di film Scent of a woman. Sebagai purnawirawan kolonel yang buta,
karakternya udah kuat sekali. Tapi sutradara memperkuatnya lagi dengan memberi
kebiasaan ngomong "Uh..haaa!" Hal kecil tapi sangat diingat oleh
semua orang.
Pokoknya apapun
yang membuat tokoh kita menjadi outstanding, pasti akan tertanam di benak
pembaca lebih dalam. Cerita dengan karakter yang kuat akan membuar tulisan kita
diingat jauh lebih lama dibandingkan dengan kisah dengan karakter yang biasa2
aja.
Jadi saya tunggu
tulisan-tulisan baru kalian yang menggunakan karakter kuat. Saya akan cek setiap
hari di web The Writers, semoga akhirnya saya akan menemukannya. Sekian untuk
malam ini. Wabillahi taufik wal hidayah. Wassalamualaikum warahmatullahi
wabarakatuh.
Demikian yang
telah dijelaskan oleh Om Bud tentang KARAKTERISASI. Dan sampai ketemu di pelajaran
berikutnya.
Di salin oleh:
Nani Kusmiyati
Rapi..runtut...mantab..mbk nani...tp P yg ke 3 apa...mbk..penasaran
ReplyDeleteRapi..runtut...mantab..mbk nani...tp P yg ke 3 apa...mbk..penasaran
ReplyDeleteLengkap dannjelas bu. Mantabs
ReplyDeleteTerima kasih commentnya bu Eny and bu Ismi,.saya sdg berguru juga dari ibu berdua,..
ReplyDeleteWaaw..super.. Terimksih bu nani tmbh ilmu ini..
ReplyDeleteP 3 nya belum dibahas, malam ini, tgl 6 Juni 2020 akan dibahas
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteLuar biasa. Sangat menginspirasi.
ReplyDelete