By : Nani Kusmiyati
Assalamualaikum,..Jumpa kembali bapak
ibu dengan resume pelajaran yang kita ikuti bersama dengan narasumber kita Bpk
Ukim Komarudin M.Pd. Kali ini Mr Babms bisa menjadi moderator kita. Dan Om Jay,
guru blogger ternama kita telah memfasilitasi kita dengan narasumber yang ekspert
dengan kepiawaiannya khususnya menulis dan menerbitkan buku.
Tema pada kuliah kali ini Pengalaman
Menerbitkan Tulisan di Penerbit Mayor.
Bapak Ukim Komarudin,M.Pd. adalah
Penulis Buku Guru Juga manusia. Narasumber berpikir bahwa menulis merupakan ekspresi
pribadinya. Memiliki tempat mencurahkan segala kegelisahan atau apapun
bentuknya adalah hal yang sangat penting. Dan menulis adalah sarana yang tepat bagi
beliau. Terkait dengan kualitas tulisan tidak menjadi kekhawatirannya demikian
juga dengan ragam atau apa yang menjadi trend di masyarakat, tidak begitu
beliau perdulikan. Dengan menulis, beliau merasa menemukan lebih tentang”dirinya”
karena menulis sebenarnya adalah kebutuhan. Maka beliau terus menulis. Jika hal itu tidak dilakukan seperti ada
sesuatu yang hilang. Beliau menulis dengan jujur apa adanya dan menulis apa
saja.
Sebagai seorang guru, beliau dapat
menulis yang berhubungan dengan pelajaran, proposal, liputan kegiatan yang
ditulis di majalah, dan menulis buku harian, setiap saat hari-hari beliau diisi
dengan menulis. Hingga suatu hari tulisan-tulisan beliau mulai dilirik
orang-orang terdekatnya, yaitu teman-teman guru. Beberapa teman guru berkomentar
kalau tulisan beliau bagus atau emotif (istilah teman-teman guru) karena pembaca
dapat larut dalam cerita. Beberapa teman guru lainnya berpendapat bahwa bahasa
yang di gunakan sederhana dan mudah dicerna. Bahkan ada yang mengaku bahwa
sepenggal tulisan beliau dapat dijadikan ceramah atau kultum, dan sebagainya. Komentar-komentar
itu menjadi penyemangat untuk membukukan tulisan-tulisannya, merekam semua
kejadian di buku hariannya karena kebetulan beliau memang senang menulis
kegiatannya di buku harian.
Beliau menulis buku dengan judul” Menghimpun
yang Berserak." yang berisi tentang beragam kejadian seperti pelajaran
seorang guru dari anak-anak “cerdas” yang menjadi muridnya dengan beragam waktu
dan tokoh. Suatu usaha untuk mengumpulkan mutiara-mutiara yang berserakan dalam
kehidupan yang bermanfaat bagi beliau khususnya dan orang lain (pembaca).
Ketika itu beliau menjadi penanggung jawab penerbitan buku di sekolah dan
beliau menjadi salah satu team (yang terdiri dari 5 orang) dalam menulis buku
mata pelajaran. Disiulah beliau dapat menyisipkan karya pribadi. Pelajaran
banyak didapat dari hal-hal yang tidak beliau pikirkan sebelumnya. Terlintas
dalam benak beliau tentang karyanya “Menghimpun yang Berserak” akankah laku di pasaran? Apakah bukunya
memiliki value atau nilai sehingga pembaca akan melirik dan membeli karyanya? Apakah
bersedia jika beberapa hal yang terdapat dalam bukunya diganti atau disesuaikan
demi kepentingan market? Dan lain-lain. Sebenarnya beliau merasa kurang nyaman
ketika di interview. Diam-diam serasa “terpenjarakan” oleh orang lain yang
mengatur privasinya. Beliau tersadar ketika dijelaskan oleh team (mungkin
editor) bahwa karyanya dapat dinikmati orang banyak. Team itu adalah garda terdepan
yang menentukan naskah tersebut layak diterbitkan atau tidak. Inilah ilmu
pengetahuan baru yang di dapat narasumber. Sebagai penulis pemula memang harus
dipoles seperti bagian sampul, ilustrasi foto jika diperlukan, tata letak dan
lainnya. Team dalam hal ini editor menjelaskan bahwa semua hal yang berhubungan
dengan buku selalu dalam konfirmasi, yang berarti semua akan terjadi dengan
persetujuan penulis.
Karya beliau diproses dan sebelum
dicetak beliau menerima dummy book (calon buku) yang sama persis apabila di
cetak. Perasaan bahagia datang ketika beliau menandatangani kontrak kerjasama
tanpa membaca prosentasi yang bakal diterima. Karena tujuan beliau bukanlah
uang sehingga tanpa pikir panjang menyetujui dan menandatangani kontrak
tersebut walau terkesan sembrono.
Kemudian kuliah diteruskan dengan sessi tanya jawab :
Sebuah buku terutama buku pelajaran dapat
diterbitkan oleh penerbit dengan kriteria layak atau tidak apabila : (1)
menunjukkan penggunaan pendekatan baru; (2) lebih lengkap; (3)
penulisnya memang berkualifikasi luar biasa; (4) Naskah renyah (enak
dibaca); dan diutakan dari hasil
penelitian lembaga-lembaga pendidikan terbaik.
Dalam hal menulis dan menerbitkan buku, (1)
narasumber menunggu waktu selama 6 bulan setelah tulisan beliau di lirik,
apabila setelah 6 bulan tidak ada kabarnya, maka penulis akan berpindah ke
penerbit lain atau naskah direvisi ulang. (2) Media yang digunakan untuk
mem-publish tulisan pertama adalah buletin sekolah, kemudian buletin pendidikan
DKI, selanjutnya buletin Diknas. (3) Yang melatarbelakangi Buku yang berjudul Guru Juga Manusia yang
akhirnya menjadi Best Seller karena
terjual banyak adalah berkat bantuan publikasi media sosial. Untuk buku
berikutnya, narasumber mendapat berkah dari media sosial. (4) Narasumber
bukanlah tipe yang pandai menjual ide agar bukunya dilirik penerbit, namun tipe
yang penting menulis, walau banyak bukunya yang tidak diterbitkan daripada yang
diterbitkan. Beliau yakin bahwa Allah
SWT yang Maha Pengasih akan menggerakkan penerbit untuk melirik dan menerbitkan
bukunya. (5) Semua buku beliau berkesan, ibarat seorang anak buku tersebut
berkembang dan bermakna bagi masyarakat luas. Adakalanya buku tersebut secara diam-diam
hanya dibaca sahabat dekatnya ketika dalam kondisi terpuruk terletak di sudut
kamarnya. Namun beliau bersukur karena buku itu terlahir dari dirinya dan
bangga atas rejeki dari buku tersebut.
Sebagai penulis pemula harus mampu
memilih kategori ekspresi menulis, menempatkan diri sesuai stamina dan
kecenderungan kita. Jika tipe
spinter, maka pilihlah cerpen, jika tipe marathon, pilihlah novel. Harus
dilakukan bertahap dari lari jarak pendek hingga lari jarak jauh maka perlu
latihan. Tipe Premis (tema besar).biasanya terdiri atas satu paragraf. Headline
akan memegang pergerakan ide,tokoh,dan alur cerita. Penulis hebat harus memulai
dari headline. Permasalahan pada penulis pemula adalah menjadi serakah, yaitu
menjadi penulis sekaligus editor. Akhirnya, tulisannya tidak sampai jadi. Baru
satu bab dikoreksi, baru lima lembar disalahkan sendiri akhirnya tidak jadi.
Tulis saja karena nanti akan ada jurinya yaitu diri sendiri, teman penulis, dan
yang terakhir editor.
Adakalanya, mereka menganggap tulisan kita
gagal laku di pasaran, tapi menurut kita itu bagus itu tidak masalah karena ada
suatu masa yang dikatakan banyak orang
jelek, saat itu malah dicari dan dibenarkan orang.
Mulailah menulis dengan membaca
buku-buku yang kita rasa senada dengan buku yang akan kita buat. Mulailah
banyak membaca karya-karya yang bagus yang menjadi minat kita. Dari situ, kita
punya standar sendiri. Untuk mendapatkan inspirasi bisa datang ke perpustakaan
atau toko buku. Meyakinkan untuk menulis dimulai dari kita sendiri. Kalau kita
kurang yakin, maka pembaca juga demikian.
Untuk menjadi penulis produktif yang
layak diterbitkan maka jadilah pembaca yang baik. Banyak membaca, akan
menjadikan tulisan kita lebih berkualitas. Mendengarkan respons dari orang sekitar untuk mengetahui kualitas
tulisan kita dan akan menjadi penyemangat kita untuk menulis lebih baik.
Narasumber menambahkan, kita akan sampai
menjadi diri kita sendiri, termasuk dalam hal karya-karya kita. Kita akan
menemukan warna, tipe, dan kekuatan sendiri dalam menulis. Ketika teman-teman
memuji tulisan kita, maka di saat itulah kualitas kita naik. Teruskan dan pupuk
kekuatan itu. Hingga pada saat serpihan tulisan kita terjatuh di jalanan, ada
seorang teman yang mengantakan kepada bahwa tulisan ini milik Anda karena dia
atau mereka mengenali dan hafal Gaya
Anda.
Seorang penulis yang hebat adalah
penulis yang mampu mengekspresikan dirinya melalui tulisan, yang memiliki daya
jangkau dakwah yang luas dalam menebarkan kebaikan, memiliki legacy, warisan sebagai
pertinggal jejak kebaikannya. Maka menulislah setiap hari, karena kebahagiaan
akan didapat ketika menulis. Dengan menulis maka kita MENCIPTAKAN SEJUMLAH KEBAIKAN.
Demikian
yang dapat dirangkum, semoga bermanfaat. Amiin....
Mari belajar menulis dari pak ukim
ReplyDeleteBag us.....rapi banget bu
ReplyDeletebaik dan mantap bu. teruslah menulis.
ReplyDeletehalobelajarsesuatu.blogspot.com
Kereennn...
ReplyDeleteSemakiin kereeen ibuk.
ReplyDeleteLuar biasa siip...
ReplyDeletebagus bu
ReplyDelete