CV Narasumber.
Narasumber adalah putra
seorang guru Sekolah Dasar. Ketika masih kecil, sering dibawakan buku-buku bacaan oleh ayahandanya.
Semenjak itu narasumber suka membaca. Dan dari suka membaca narasumber berkeinginan
untuk menulis. Sehingga
sejak kecil narasumber
sudah menulis.
Tema
pelajaran kali ini
adalah MENULIS SETIAP HARI dan MENERBITKAN BUKU.
Narasumber mulai berinteraksi dengan beberapa pertanyaan
untuk menggali seberapa jauh pengetahuan peserta mengetahui bagaimana cara
menerbitkan buku karya tulisan seseorang.
Menerbitkan buku saat ini sangat mudah sekali. Beda dengan 20 tahun lalu ketika pertaman
kali narasumber ingin menerbitkan buku. Ditolak penerbit itu sudah biasa. Sekarang
tantangan terbesar BUKAN pada menerbitkan bukunya. Melainkan pada MENULIS
SETIAP HARInya.
Jika dapat menulis setiap hari, maka akan sampai pada
titik dimana kualitas tulisan akan sangat menarik bagi penerbit. Kita, tidak
perlu mendatangi penerbit lagi, namun mereka yang datang kepada kita. Buku-buku
narasumber pada umumnya adalah hasil dari penerbit datang dan menawarkan untuk
menerbitkan naskahnya. Sekarang tinggal bapak ibu mau menerbitkannya atau tidak.
Narasumber menjelaskan bahwa pembahasan pelajaran yang pertama difokuskan pada cara menulis
setiap harinya. Jika kita menginginkan penerbit akan mendatangi KITA maka skill
menulis KITA harus disesuaikan dengan kriteria yang penerbit inginkan. Sehingga
jangan berpikir lagi bahwa menerbitkan buku itu susah. Mudah sekali untuk itu
sudah saatnya seseorang dapat menulis setiap hari. Untuk menulis setiap harinya
diperlukan skill dan trik. Sebelumnya
perlu dianalisa bahwa menulis setiap hari bagi setiap orang surprise banget. Karena
pada kenyataannya tidak semua orang yang berhasil menerbitkan buku dapat
menulis setiap hari. Ada kalanya seseorang menulis buku bukan dari dirinya sendiri
namun meminta bantuan orang lain untuk menulisnya, sehingga harus bergantung
dengan orang lain. Membayar profesional untuk menuliskan idenya. Dan
Profesional tersebut sering disebut Gost Writer. Ketika seseorang
menerbitkan buku kemungkinn hanya mampu menerbitkan satu kali atau dua kali
buku saja. Berbeda dengan orang yang
mengasah dirinya untuk menulis dan menulis. Sehingga tanpa disadari menulis
merupakan habit atau kebiasaan yang melekat. Dengan memiliki ketrampilan
menulis setiap hari tanpa memikirkan menerbitkan buku, suatu saat akan mudah
untuk menerbitkan buku dan pada akhirnya menjadi mandiri untuk menuliskan buku
kapan saja.
Kemudian narasumber membahas tetang 'WHY' sebagai fokus yang
kedua. Mengapa kita perlu menulis setiap
hari? Menulis setiap hari akan membantu menjaga keselarasan antara otot-otot
tubuh kita, juga jiwa. Sehingga jika nanti sudah terbiasa menulis ketika melihat
apapun ada rasa keinginan untuk menerjemahkan apa yang di lihat menjadi tulisan
dan hal itu terjadi secara refleks tanpa disadari. Begitu pula ketika kita
merasakan sesuatu maka kita akan menterjemahkan perasaan kita itu dalam bentuk
tulisan. bagi orang yang tidak terbiasa menulis akan memendam perasaan itu atau
butuh seseorang yang mau mendengarnya. Padahal, belum tentu ada yang mau
mendengarkan. Beda dengan orang yang terbiasa menulis, maka dia selalu punya
teman untuk mencurahkan perasaannya yaitu, selembar kertas dengan pena kalau
dulu. Kalau sekarang, tinggal ambil smart phone maka bisa mencurahkan
isi hatinya, perasaaannya dan apa yang dilihatnya disana.
Yang ketiga, menulis setiap hari itu merupakan Healing
remedy. Jika terbiasa menulis, kita dapat menjadi pribadi yang lebih
sehat.
Kesimpulannya, kenapa perlu menulis setiap hari adalah :
Karena seorang penerbit buku sejati, bukanlah orang yang meminta bantuan orang
lain untuk menuliskan naskah bukunya. Melainkan orang yang memiliki kemampuan
untuk menuliskan sendiri naskahnya secara mandiri. Kemampuan itu diasah dengan cara
berkomitmen untuk tidak melewatkan 1 hari pun dalam kehidupannya TANPA MENULIS.
Jika kita sungguh-sungguh ingin menjadi penulis handal maka mulai sekarang berkomitmenlah
untuk menulis setiap hari. Seberapa banyak tergantung individu masing-masing.
Narasumber memberikan contoh menulis artikel 1 hari 1 artikel. Jika ukurannya
jumlah artikel berarti tidak ditentukan jumlah katanya. Berbeda dengan jaman
dulu kalau kita mau mengirim artikel ke koran, pasti ada ketentuan jumlah kata.
Hal itu membuat penulis pemula kesulitan. Karena bukan hal yang mudah untuk
menuanggkan gagasan secara indah dengan jumlah kata yang ditentukan. Maka bagi narasumber,
ukurannya adalah "1 Artikel".
Apakah yang disebut Artikel? Artikel adalah sebuah
paparan yang memuat buah pikiran penulis sehingga dapat dipahami oleh orang
lain. Begitu ukurannya. Jadi, yang penting dalam 1 hari itu ada karya tulis yang
"KALAU" dibaca orang lain, mereka akan memahaminya. Namun demikian belum
tentu ada orang yang membaca artikel itu. Pasti sedih banget rasanya karena
sudah cape-cape menulis tapi kok tidak ada yang membaca.
Pada tahap belajar ini, sebaiknya kita tidak terlalu terbawa
perasaan atau BAPER tentang ada yang baca atau tidak. Karena kalau orang lain
baca pun belum tentu feedbacknya positif. Tidak sedikit
orang yang berhenti menulis karena pembacanya memberi feedback negatif. Maka
yang terpenting menulis saja dulu. Kalau tulisannya sudah memenuhi standar
minimal untuk dibaca orang, YAKIN LAH bakal dibaca orang lain.
Langkah berikutnya pembahasan tentang WHAT. WHAT makes
you write something? Apa yang menjadi mendorong Anda untuk menulis? Pertanyaan
ini sederhana. Namun bagi orang yang tidak menemukan jawaban yang tepat, akan
berhenti ditengah jalan. Jadi mari kita tanyakan kepada diri sendiri dulu apa
yang mendorong kita menulis. Dengan kata lain, apa tujuan kita menulis?
Contoh
Ada orang yang menulis agar mendapatkan uang? Ada. Dulu, narasumber pernah berada
di level itu, menulis untuk mendapatkan uang, karena butuh biaya untuk bisa
sekolah. Apakah berhasil? Lebih banyak gagalnya daripada berhasilnya. Lebih
banyak naskah yang dikembalikan redaksi daripada diterbitkan. Saat itulah
kemudian saya sadar bahwa, menulis karena ingin mendapatkan uang bukanlah nilai
pribadi narasumber. Sehingga sampai sekarang, narasumber menulis BUKAN untuk
uang. Namun uang dapat dijadikan sebagai pendorong utama dalam menulis. Dengan seiring berjalannya waktu kita akan menemukan
apa dorongan yang paling cocok buat kita.
Kedua, menulis dengan dorongan INGIN BERBAGI PENGETAHUAN.
Menurut narasumber, alasan ini paling sesuai dengan kita sebagai jiwa pendidik.
Dulu ketika narasumber menulis karena uang, pernah mengalami
kekecewaan karena penerbit menolak, serasa diremehkan oleh mereka. Atau karena bayarannya
ternyata tidak sesuai yang diharapkan seperti Royalti penulisan buku misalnya.
Jika menulis setiap hari Idenya dari mana? Segala hal
yang dapat ditangkap oleh panca indra kita adalah sumber ide. Tinggal kita mengolahnya.
Pegang teguh prinsip itu. Berapa banyak rangsangan yang masuk kedalam sistem
panca indra dan indra ke 6 kita? Jumlah rangsangan itu TAK TERHINGGA. Maka hal itu
berarti bahwa sumber ide penulisan kita SAAAANGAT banyak. Contoh, Hal apa yang yang
dapat ditangkap dengan panca indra kita? Ada bunyi AC? Itu sumber ide. Ada
suara seseorang yang lewat didepan rumah? itu sumber ide. Ada bunyi PRAAAANG!
gara-gara panci jatuh? semua sumber ide. Dan ide itu, hanya butuh sentuhan
berupa mengolah pikiran yang kemudian menuangkan hasil olah pikir itu kedalam
tulisan. Dan karena rangsangan itu selalu ada setiap hari, maka kita semua
sebenarnya dapat menulis setiap hari.
Demikian pelajaran yang disampaikan oleh narasumber,
kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya
jawab.
Narasumber menceritakan pengalamannya bahwa sejak SD
sudah mulai menulis. Pada saat SMP aktif sekali menikuti lomba-lomba. Berarti
sudah sekitar 40 tahun menulis. Dan mulai dipercaya oleh penerbit sekitar 10
tahun lalu. Jadi perlu 30 tahun perjalanan terlebih dahulu. Kondisi dulu,
penerbit hanya sedikit dan mereka memiliki bargaining power yang sangat tinggi.
Sehingga mereka sulit ditembus. Namun kondisi sekarang berbeda, banyak penerbit. Bahkan
menerbitkan sendiri pun bisa.
Menulis adakalanya perlu dipaksa. 'Paksaan' adalah sebuah
proses yang efektif untuk mendisiplinan pembelajar yang belum memiliki 'refleks
menulis' sendiri. Narasumber mencontohkan ketika masih SD, setelah menulis
narasumber baru bisa mendapatkan HR.
Bagi yang sudah biasa menulispun butuh dipaksa. Mengenai
Thema dan sistematika penulisan, jika dalam tahap belajar, TIDAK PERLU DiKHAWATIRKAN.
Yang terpenting menulis saja. Tidak perlu takut salah karena bukan sedang mengikuti UN.
Jika kita ingin menulis dengan tema "PANTANG
MENYERAH" misalnya. Maka tulisan tidak perlu 1000 kata. Cukup 2 atau 3
paragraf saja. Kemudian meminta orang lain untuk membacanya. Jika mereka bisa
menerima atau mengerti ide yang kita sampaikan, berarti tulisan itu sudah
menjadi 1 artikel. Nanti, panjang dan bobot tulisannya pelan-pelan ditingkatkan.
Tidak ada standar berapa lama masa pengumpulan tulisan
kita. Hal ini tergantung dari kontrak dengan penerbit dan tergantung menulis
untuk tujuan apa.
Narasumber memberikan contoh menulis dengan kalimat
"DUNIA TANPA SUARA". Kalimat ini tentu akan mengundang pertanyaan
orang. “DUNIA TANPA SUARA” dapat dijadikan tema oleh narasumber. Berikut contoh
paragraf yang diberikan.
Paragraf 1: Hey kamu. Pernahkah kamu membayangkan
bagimana seandainya tidak seorang pun bersuara didunia ini. Tentu akan sepi
sekali harimu kan? Tapi. bisakah kamu membayangkan seandainya hal itu
benar-benar terjadi? Sekarang. Coba pejamkan matamu. Lalu bayangkan. Andai saja
tak segencring suara pun tertangkap pendengaranmu.
Paragraf 2 : Eh, tapi. menurut kamu. Apakah mungkin
telingamu benar-benar tidak bisa mendengat bahkan sekedar bunyi 'ting' pun?
Nggak ya. Nggak mungkin kamu nggak dengar bunyi anakku. Tahu kenapa? Karena
ketahuilah sayang, bahwa Allah sayang banget sama kamu. Sehingga engkau bisa
mendengar berbagai macam suara.
Paragraf 3 atau terakhir: Nak. Kamu sudah bersyukurkah
dengan karunia indah itu? Karena ada loh, di desa sebelah. Seorang gadis yang
tidak seberuntung kamu, sayang. Tapi sejak lahir sampai usianya yang menginjak
15 itu, tidak pernah mendengar apapun ditelinganya selain hening semata.
Hebbbatnya..., gadis itu tidak pernah mengeluh nak. Tidak pernah pula sekalipun
dia bersedih. Pokoknyaaa... a-... aaapa ya. Ehm, ibu...ibu kehabisan kata-kata
untuk menjelaskan kemulian dirinya dibalik heningnya dunianya. Jika kamu tidak
keberatan, sayang. Bolehkan Ibu mencari tahu lebih banyak tentangnya dan
menceritakan kisah indah tentang gadis itu kepada hari Jumat nanti?
Contoh diatas, minimal ada 1 gagasan yang sudah sampai
kepada pembaca. Dan diujung ceritanya, ada 'komitmen' untuk melanjutkan.
Narasumber menambahkan bahwa menggunakan jasa
"GHOSTWRITER" itu bukan hal yang buruk. Hal itu cocok hanya untuk mereka yang hanya ingin
menerbitkan buku. Dan jika kita ingin menjadi penulis terampil, maka hal itu
bukan opsi yang tepat.
Menurut narasumber tidak ada keharusan dalam menulis menentukan
judul dulu atau naskah duluan. Sebagai contoh narasumber pernah menentukan judulnya
terlebih dahulu seperti "OUTSHINE" diberi judul duluan. Naskahnya
ditulis belakangan. Sedangkan buku "KETIKA SEMUT DAN GAJAH BEKERJA"
ditulis naskahnya duluan.
Jika sebuah tulisan sedikit yang baca, TIDAK BERARTI
tulisannya tidak bagus. Mungkin tempat penayangannya yang kurang tepat. Tulisan-tulisan
dapat dibuat kompolasi.
Narasumber memberikan link yang dapat dijadikan referensi
dalam menulis tentang pengalaman “Menulis sedari kecil dan sampai sekarang
tetap menulis.”
Saran dari narasumber, menulis itu buat diri kita
sendiri. Bukan buat orang lain. Sehingga, berikanlah yang terbaik kepada
tulisan kita sendiri. Agar mendapatkan yang terbaik dari yang kita berikan.
Sedangkan para pembaca, adalah pihak yang ikut menikmati manfaatnya. Dengan
begitu, maka lewat tulisan, kita menjadi pribadi yang lebih baik terlebih
dahulu. Sambil mengajak orang lain untuk menemani perjalanan menuju perbaikan
diri itu. So teruslah menulis. Karena dengan menulis, engkau melayani diri
sendiri dan memberi manfaat kepada orang lain.
Demikian pelajaran yang dapat saya kemas. Semoga
bermanfaat.
Mantab bu nani..komplit...sipp
ReplyDeletehalo bu nani, semangat menulis bu
ReplyDeleteSemangat menulisnya luar biasa
ReplyDeleteAmazing ... Sip ibu..
ReplyDeleteJooz Bu Nani. Baca 3, menulis tiap hari
ReplyDeleteAl hamdulillah...tambah ilmu lagi. luar biasa...keren bu
ReplyDeleteLuar biasa
ReplyDeleteMantabbu nani
ReplyDeleteBagus bu,..
ReplyDeleteSekarang sdh mengalir ya nulisnya..
Terima kasih bapak ibu yg sdh koment, semoga diperlancar urusannya,. Amiin Allohuma AmiĆn
ReplyDelete