Rangkuman
Pelajaran Bapak Imam Fitri Rahmadi
Kamis, 9 April 2020
By Nani
Perkenalan dari narasumber :
Bapak Imam Fitri Rahmadi, adalah dosen Universitas Pamulang yang sekarang
sedang kuliah S3 di Johannes Kepler Universität Linz Austria (2019-sekarang). Narasumber pernah menulis 2 buku yang diterbitkan oleh Elex Media
Komputindo ketika masih kuliah S1 di UIN Jakarta (2018-2013). Pada penghujung
kuliah S2 di Universitas Negeri Jakarta (2016), mulai tertarik untuk
menekuni penulisan akademik. Pada akhirnya, ketika mulai menjadi dosen di
Universitas Pamulang (2017), dan mengelola jurnal, menjadi reviewer jurnal
kampus lain, dan banyak mengikuti pelatihan penulisan akademik bahasa Inggris
untuk keperluan persiapan studi lanjut ke luar negeri.
Materi yang diajarkan Dasar Menulis: Kata, Kalimat, dan Paragraf.
Dalam pembukaan di blog narasumber menyatakan bahwa sebenarnya tiap hari tanpa kita sadari kita sering menulis, baik itu pesan, expresikan perasaan, menasehati, bercanda atau bahkan bergosip (bagi yang suka bergosip). Dan menurut narasumber, menulis yang paling sederhana melalui media di WhatsApp dan Facebook, atau sekadar menulis keterangan foto yang diunggah di Instagram.
Pada peajaran ini menjelaskan tentang menulis formal sebagai contoh untuk keperluan
akademik dengan kaidah baku yang harus diikuti.
Dengan sabar dan ramah (dari gaya bahasa yang beliau tulis di WhatsApp) narasumber menjelaskan pelajarannya.
Sebelum ke inti pelajaran, narasumber memberikan kesempatan kepada peserta untuk membaca di link blog beliau : tigabelase.wordpress.com.
Dan tentang Dasar Menulis: Kata, Kalimat, dan Paragraf ada di alamat berikut:
Narasumber menjelaskan bahwa, penulisan personal adalah sebagaimana kita menulis status atau
menulis blog dengan gaya personal dan penulisan formal biasanya digunakan oleh
para jurnalis untuk menulis berita atau oleh para blogger profesional untuk
menulis artikel populer. Sedangkan penulisan akademik digunakan oleh para
akademisi untuk menulis berbagai karya ilmiah seperti makalah, laporan
penelitian, atau artikel jurnal.
Pemilihan kata, penulisan kalimat, dan penyusunan paragraf
merupakan hal paling mendasar yang perlu dipelajari supaya dapat menulis dengan
baik. Jika hal tersebut sudah dikuasai, kita akan dapat membuat tulisan yang
enak dibaca dan mudah dipahami sesuai dengan tujuan dan konteks penulisan.
Beberapa strategi dalam tulisan ini beliau sarikan dari pengalaman
pribadi selama belajar menulis, dan ketika mengikuti berbagai
pelatihan bahasa Inggris untuk keperluan akademik, yang biasa disebut
dengan english
for academic purposes. Adaptasi strategi penulisan dari bahasa
Inggris dilakukan karena ternyata rumusan yang digunakan jauh lebih
sederhana dan mudah dipahami daripada teori yang diambil dari Bahasa Indonesia.
Tidak ketinggalan, penjelasan materi dalam tulisan juga dilengkapi dengan
contoh nyata.
Materi disampaikan dapat digunakan bukan hanya untuk
penulisan akademik, tetapi juga untuk penulisan personal dan formal dan diharapkan materi dapat bermanfaat bagi semua peserta pelatihan yang beragam.
Narasumber membagi sesi selama 120 menit ini
menjadi 3 bagian:
1. 30 menit:
membaca materi
2. 60 menit:
diskusi atau tanya-jawab materi
3. 30 menit:
latihan menyusun paragraf
Sesi kali ini berisi materi dan tanya-jawab, serta latihan
penyusunan paragraf .
Cuplikan materi tersebut:
Pemilihan Kata.
Pilihan kata
disebut dengan diksi. Antara penulisan personal, formal, dan akademik,
diksi yang digunakan bisa sangat berbeda meskipun dimaksudkan untuk
mengungkapkan hal yang sama.
Perhatikan tiga kalimat di bawah ini:
Ibu guru sedang ngobrol-ngobrol dengan kepala sekolah (terasa
lebih personal)
Ibu guru sedang berbincang-bincang (berbicara) dengan kepala
sekolah (lebih formal)
Ibu guru sedang berdiskusi dengan kepala sekolah (lebih
akademik)
Berbeda
satu kata saja dapat merubah rasa dari kalimat, walau memiliki arti sama
menggambarkan proses bertukar informasi.
Jika dalam bahasa Inggris sangat mudah untuk
menemukan klasifikasi kelas kata karena bahasa Inggris sendiri sudah jelas
terbagai menjadi dua, yaitu general
English dan academic
English.
Contoh sederhana lainnya, yaitu kata ganti
orang pertama: gue,
aku, dan saya, yang
memiliki rasa tersendiri jika dipakai pada sebuah kalimat. Gue dan aku terasa
sangat personal, sedangkan saya terasa
lebih formal.
Pada penulisan akademik, kata ganti personal
baik orang pertama, kedua, atau ketiga sebaiknya dihindari dengan mengubah
kalimat aktif menjadi kalimat pasif dan menghilangkan kata gantinya.
Misalkan,
“saya melakukan penelitian ini untuk mendeskripsikan . . .”, maka sebaiknya
ditulis seperti ini: “penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan . . .”
Menulis kalimat yang baik sesuai dengan Subjek, Prediket, Objek, dan Keterangan
(SPOK) sudah dipelajari sejak di bangku Sekolah Dasar (SD).
Sebuah
kalimat sederhana atau tunggal setidaknya terdiri dari Subjek dan Predikat, contoh “saya membaca” atau yang lebih lengkap “saya membaca tulisan
di blog.”
Namun, selama ini jarang dipraktekkan dalam menulis, bahwa sebenarnya terdapat aneka bentuk kalimat majemuk yang perlu diterapkan dalam tulisan supaya tidak monoton dan lebih menarik untuk dibaca.
Terdapat 4 macam kalimat majemuk: setara,
rapatan, bertingkat, dan campuran. Keempat rumusan kalimat majemuk tersebut karena cukup rumit dan narasumber tidak pernah menerapkan namun beliau selalu menggunakan rumus yang didapat ketika belajar bahasa Inggris
untuk keperluan akademik karena jauh lebih sederhana.
Penulisan
Kalimat
Kalimat terdiri dari kalimat sederhana (simple sentence),
kalimat gabungan (compound sentence), kalimat kompleks (complex sentence), dan
kalimat campuran.
Kalimat
gabungan dibuat dengan menambahkan salah satu kata dari singkatan
FANBOYS: for (untuk), and (dan), nor (maupun), but (tetapi), or (atau), yet (namun), so (sehingga).
Sedangkan
kalimat kompleks dirangkai dengan menambahkan kata seperti when (ketika), after (setelah), because (karena), since (sejak), although (meskipun), while (sementara), dan
lainnya. Supaya lebih jelas, seperti ini contohnya:
Kalimat Sederhana:
Saya membaca tulisan di blog
Kalimat Gabungan:
Saya membaca tulisan di blog untuk menambah pengetahuan saya tentang cara menulis kalimat.
Kalimat Kompleks:
Saya membaca tulisan di blog ketika sedang bekerja dari rumah.
Kalimat Campuran:
Saya membaca tulisan di blog untuk menambah pengetahuan saya tentang cara menulis kalimat ketika sedang bekerja dari rumah.
Penerapkan variasi kalimat
dalam setiap paragraf supaya tulisan tidak monoton dan lebih menarik untuk
dibaca. Variasi kalimat ini berlaku untuk penulisan personal, formal, dan
akademik.
Penyusunan
Paragraf
Paragraf adalah kumpulan kalimat yang mempunyai satu kalimat
topik (topic sentence), sebagai ide pokok atau gagasan utama (main idea) dan beberapa kalimat penjelas (supporting sentences) sebagai detail yang menjelaskan ide pokok.
Supaya enak dibaca dan tulisan mudah dipahami, susun paragraf deduktif.
Gunakan bentuk kalimat sederhana untuk
membuat kalimat topik.
Cara gampang
untuk membuat kalimat topik, adalah pastikan anda meletakkan ide pengontrol
atau controlling
idea pada setiap kalimat
topik.
Bentuk kalimat penjelas harus
bervariasi, terdiri dari kalimat
gabungan dan kompleks, serta dilengkapi dengan konjungsi sebagai
transisi antar kalimat supaya paragraf mengalir dengan baik, enak
dibaca, dan mudah dipahami.
Contoh
paragraf yang baik:
Bekerja dari rumah memiliki kekurangan dan kelebihan. Pada satu
sisi, bekerja dari rumah menjadikan jadwal kerja tidak begitu jelas sehingga
karyawan harus membuat jadwal jam kerja sendiri. Bekerja jadi tidak nyaman bagi
yang memiliki rumah sempit. Pada sisi lain, bekerja dari rumah justru waktu
menjadi lebih fleksibel dan lebih banyak waktu untuk keluarga. Selain itu, bekerja
dari rumah bukan hanya dapat menghemat pengeluaran untuk biaya transportasi
tetapi juga menghemat biaya operasional kantor.
Materi di atas hanya cuplikan dari materi yang sebenarnya.
Pemahaman akan semakin komprehensif jika sudah membaca materi secara
keseluruhan.
Beberapa pertanyaan yang diajukan peserta :
Pertanyaan dari bapak Dito
Anurogo. Dosen di Unismuh Makassar.
1.
Bagaimana proses dan rahasia kreatif Anda?
2.
Adakah hambatan terbesar selama proses kreatif ini?
3.
Bagaimana Anda melihat fenomena literasi pada generasi milenial saat ini?
Terutama dengan maraknya medsos dan berita hoaks.
Jawaban narasumber :
1.
Proses dan rahasia kreatif yang dilakukan adalah dengan membaca.
Inspirasi
itu secara ilmiah bukan berarti ditemukan dengan merenung di bawah pohon atau
duduk di pinggir danau sambil melamun. Jika ingin menulis, berarti harus
banyak baca dulu. Memperbanyak input sebelum outputnya ditulis.
2.
Hambatan terbesar adalah mencari Niche alias topik yang orisinil yang belum
ditulis oleh orang lain. Hal ini disebut sebagai tantangan. Ibarat
mau meneliti, tantangannya adalah mencari reserach gap sebagai novelty
penelitian kita.
3.
Literasi digital generasi milenial masih sangat minim. Gerakan literasi digital
di Indonesia sudah banyak yang mengarah ke penanggulangan hoaks, ciber
bullying, pornografi, dan lainnya. Justru yang kurang adalah literasi digital
untuk keperluan akademia sebagai bekal generasi milenial untuk belajar di era
digital. Belum ada gerakan literasi digital yang mengarah ke situ. Tahun
kemarin narasumber meneliti literasi digital untuk keperluan akademik bagi mahasiswa
generasi milenial dengan hibah LPDP Dikti. Senang jika ada yang meneruskan
penelitian itu.
Pertanyaan dari Bilal, Bengkulu :
Bagaimana tips memilih konjungsi yang tepat untuk menghubungkan setiap kalimat
dlm satu paragraf dan bagaimana menghubungkan antar paragraf.
Jawaban narasumber :
Konjungsi
antar kalimat dipilih berdasarkan jenis kalimatnya. Sedangkan, konjungsi antar
paragraf dikontrol dengan kalimat topiknya. Untuk menjawab ini harus melihat
gambaran besar struktur sebuah artikel.
Pertanyaan dari Suheri tangerang :
Bagaimana
cara membuat diksi yang indah dan bisa dinikmati oleh pembacanya?
Jawaban narasumber :
Struktur
artikel terdiri dari: pendahuluan, isi, dan kesimpulan. Jika ditarik
garis-garis, semuanya berkaitan. Mulai dari judul, pendahuluan hingga
kesimpulan.
Dalam pendahuluan, penulis mencantumkan thesis statement alias pendapat penulis
dulu. Pendapat penulis mengandung beberapa kalimat topik. Nah, kalimat topik
itu nanti yang akan ditaruh satu per satu di setiap paragraf. Sehingga satu
artikel nyambung semuanya.
Untuk menyambungkan antar kalimat, perlu diketahui 'The
4 types of Sentence' (empat tipe dari kalimat) :
1.
Declarative statement ( pernyataan)
Contoh : He
Stopped.
2.
Interrogative? Question ( pertanyaan)
Contoh : Did
he stop?
3.
Imperative. Command ( perintah)
Contoh : Stop!
4.
Exclamative! Exclamation! ( seruan)
Contoh : How
he stopped!
Jika kalimatnya mengandung sesuatu yang kontras bisa gunakan konjungsi: namun,
padahal, dan lainnya.
Pertanyaan dari Rifatun Salatiga :
Dalam
membuat kalimat harus jelas topik yang dibahas/ diutarakan. Apakah bisa untuk memperjelas kalimat yang
dimaksud menggunakan bahasa dalam sebuah kalimat menggunakan bahasa lokal. Dan apakah daerah
lain paham jika menggunakan bahasa lokal.
Jika tanpa ada keterangan yg umum/ bahasa yg duketahui oleh umum.
Terimakasih.
Jawaban narasumber :
Bisa.
Cara penulisannya, bahasa lokal dituliskan dengan huruf miring. Kemudian
dikasih penjelasan apa yang dimaksud dari istilah lokal yang digunakan
tersebut. Apabila sudah ditulis miring sebetulnya dalam kaidah penulisan bahasa
indonesia semua orang sudah paham kalau itu istilah di luar bahasa indonesia.
Diksi
tidak perlu indah yang penting sampai pada pembaca. Jadi, dalam memilih diksi
sesuaikan dengan target pembaca. Diksi yang terlalu tinggi itu justru bikit
tulisan melayang dan tidak menyentuh ke tanah. Ibaratnya begitu. Itu istilahnya
adalah inflated words.
Inflated
Words : using fancy. Inflated Words does not make your writing better. It makes
your writing sound artificial and boring.
Pertanyaan dari Supyanto kota Bekasi :
Bagaimana
cara berlatih supaya kita pandai memilih atau menempatkan kata-kata, sehingga
menarik bagi para pendengar atau pembaca?
Jawaban narasumber :
Word
Choice
- Have I used some words that
I really love?
- Can my reader tell what my
words mean?
- Have I used any new words?
- Did I try not to repeat
words too many times?
Sekali
lagi, perbanyak input. Perbanyak membaca dulu sehingga kata-kata yang anda
miliki akan semakin kaya. Maaf, kasarannya seperti itu, jangan harap bisa
menulis bagus kalau tidak pernah membaca.
Nantinya,
anda akan dengan otomatis ketika ingin menulis muncul diksi-diksi yang bagus.
Tulisan anda juga otomatis akan semakin bagus.
Ini
ceklist bagaimana cara memilih diksi. Jadi sebetulnya tolok ukur pemilihan
diksi yang paling penting adalah apakah diksi/kata yang dipilih dipahami
pembaca atau tidak.
Pertanyaan :
Menurut
pengalaman Mas Imam Fitri Rahmadi. Lebih sulit mana menyusun kata kalimat
paragraf dengan mengoreksi tulisan orang lain karena hukumnya sama. Kalau
membuat kalimat yg dilihat diparagraf tinggal memberi kata penyambung yg manis,
jika mengoreksi tulisan org lain lebih sulit apa sebaliknya?
Jawaban :
Hmmm..menyusun
dan mengoreksi. Mengoreksi dalam arti apa ini?
Kalau
membenarkan tulisan orang lain yang banyak kesalahannya memang cukup rumit.
Mending ditulis ulang dengan kata sendiri. Ibarat penjahit, lebih suka jahit
baju dari awal daripada harus benerin baju yang salah jahit.
Namun,
jika dasar-dasar menulis sudah dikuasai, akan mudah mengoreksi tulisan orang
lain.
Pertanyaan dari Ibu Ismiatun :
Beberapa
saat lalu saya cukup aktif berlatih menulis. Rasanya waktu itu agak lancar. Dalam
kurun waktu 2 th tdk latihan lg. Saat memulai jadi kaku dan terasa harus
mengulang dari awal. Mengapa begitu? Isminatun, Sukoharjo.
Jawaban narasumber :
Bahasa
secara alamiah memang seperti itu, baik dari segi writing, speaking, listening,
maupun reading. Jadi, itu normal karena otak belum terbiasa untuk mengolah
bahasa kembali.Solusinya, membiasakan diri kembali untuk menulis. Sebetulnya
tidak mengulang dari awal, Ibu tinggal me-recall/memanggil kembali kebiasaan
Ibu dalam menulis dulu, kemudian mulai dibiasakan lagi mulai dari sekarang
hingga ke depannya.
Pertanyaan dari RASITA, Kepala SDN 16 Penarik Kab Mukomuko Prov Bengkulu.
1.
Bagai mana membuat pragraf yg tepat ?
Jawaban narasumber :
Ini
pertanyaan mendasar yang sangat penting. Pahami kembali struktur paragraf.
Materi yang saya tulis belum terlalu dalam membahas tentang penyusunan
paragraf. Melalui pertanyaan ini, akan saya coba perdalam.
Basic
Paragraph Structure.
1. Topic Sentence (Main Idea)
a. Major Supporting Detail
Minor Supporting Detail
b. Major Supporting Detail
Minor Supporting Detail
c. Major Supporting Detail
Minor Supporting Detail
2.
Closing Sentence (Restate
Main Idea or make a Prediction)
Ini
struktur paragraf yang lebih lengkap. Jadi kalimat penjelas itu terbagi menjadi
2:
1) kalimat penjelas mayor; dan
2) kalimat penjelas minor.
Kalimat penjelas
mayor menjelaskan kalimat topik. Kalimat penjelas minor
menjelaskan.
menjelaskan.
Kalimat
penjelas mayor. Kemudian, diakhiri dengan kalimat penutup bila diperlukan.
Itu dari segi struktur.
Kemudian, ini dari segi kalimat penjelasnya:
Kalimat penjelas itu juga
macam-macam. Bisa berupa fakta, alasan, contoh, data, dan lain sebagainya.
Praktik menulis paragraf
yang tepat, sekiranya begini. Selalu tanyakan "what/why" apa atau
kenapa dari kalimat topik.
Jika kalimat topik
membutuhkan detail apa, maka jelaskan apanya.
Jika kalimat topik butuh
detail kenapa, maka jelaskan kenapanya.
Satu
lagi, jika apa dan kenapa tidak berfungsi, saatnya berpikir alternatif dengan
kata "jika". Yang ini agak susah dijawab dengan tulisan. Namun,
beberapa paragraf dalam tulisan materi saya ada juga yang menggunakan
alternatif kata "jika".
Pertanyaan dari AAM NURHASANAH, S.Pd. Kp. Gajrug, Lebak-Banten.
Bagaimana membuat sebuah paragraf yg baik dan menarik untuk dibaca? karena
sudah berkali-kali saya coba buat tulisan, tulisan saya kurang menarik dan
biasa saja. Tidak seperti om jay, om bams, om budi, bahkan Mas Imam. Adakah
tips khusus untuk mengembangkan sebuah diksi,kalimat, dan paragraf yg menarik
untuk dibaca???
Jawaban narasumber :
Ini agak dalam
pembahasannya. Paragraf yang baik dan benar harus memperhatikan koherensi dan
kohesinya. Jika keduanya terpenuhi, paragraf baik.
Koherensi berarti logikanya
nyambung dari kalimat topik hingga minor detailnya.
Kohesi berati kata, diksi,
konjungsi yang dipakai tepat hingga mudah dibaca.
Setidaknya ada 2 model yang
bisa membantu Ibu bagaimana menyusun paragraf yang baik:
Picture
Step 1 grammar
Model pertama. Point : kalimat
topik.
Elaborate: penjelasan kalimat topik (major detail).
Evidence: bukti yang menjelaskan
major detai (minor detail) yang bisa berisi fakta, quote, data, atau contoh.
Link :
diakhiri dengan menyambungkan semuanya di penutup.
Picture
Model kedua
Ini model yang ke-2. Claim:
klaim sebagai pernyataan kalimat topik.
Proof: bukti yang bisa anda berikan untuk
mendukun kalimat topik. dan
Relevance: kaitan keduanya sebagai kesimpulan atau penutup
jika diperlukan.
Pertanyaan dari Sius SMA 2 Salatiga:
Ijin bertanya, Tentang
penggunaan kalimat, kata atau juga frasa. Terkadang dalam menulis buku ada
beberapa istilah teknis yang justru kalau diterjemahkan kedalam bahasa
Indonesia sedikit aneh, dan mungkin berubah pemahaman bagi pembaca.
Adakah ketentuan dari
penerbit bahwa naskah diupayakan dalam bahasa Indonesia yang baku ? Saya baru
membuat 2 buah buku melalui penerbit independen, Ada sedikit
"kebebasan" Dalam soal naskah. Terimakasih sebelumnya.
Jawaban :
Tidak ada. Dalam tata
bahasa indonesia yang resmi pun kata asing boleh dimasukkan dengan cara
penulisan tertendiri. Biasanya dengan dicetak miring. Semua tergantung konteks
dan terget pembaca sebetulnya. Penerbit besar seperti Elexmedia, naskah teman
saya diterbitkan di sana dengan gaya bahasa elu gue. Tidak msalah karena target
pembaca anak alay.
Pertanyaaan dari Mukminin Lamongan :
Mas Imam mau nanya, Sebaiknya
dlm karya ilmiah menggunakan paragraf deduktif, induktif atau campuran . Atau boleh semuanya. Mohon
pencerahannya.
Jawaban :
Secara umum, boleh
semuanya. Namun, dalam teori penulisan akademik, supaya paragraf mudah dipahami
gunakan paragraf deduktif. Jadi, kalimat pokok selalu di depan. Dalam penulisan
artikel jurnal juga seperti itu. Sejauh saya mengamati, penerapan paragraf
deduktif, induktif atau campuran, itu
hanya diaplikasikan dalam reading atau naskah bacaan untuk ujian bahasa atau
ujian sekolah. Namun, praktek dalam menulis, yang banyak digunakan adalah
paragraf deduktif.
Pertanyaaan dari Agus Ponjong :
Apakah dalam penulisan paragraf dalam sebuah buku misalnya buku
untuk materi pembelajaran maka diksinya harus selalu akademik atau boleh
bervariasi?
Jawaban :
Sekali lagi, pemilihan
diksi tergantung target pembaca. Dalam konteks buku pelajaran sebaiknya gunakan
diksi yang formal saja. Siswa akan bingung jika diksi terlalu akademik. Beda
misalkan membuat buku teks untuk anak kuliah atau kalangan akademisi, dimana
ini sudah masuk ke penulisan akademik, gunakan diksi akademik.
Pertanyaaan dari Ridwan Nurhadi – Tangerang.
Apakah menulis harus benar
benar menggunakan kata baku meskipun untuk cerita fiksi.
Jawaban :
Tidak. Sederhananya,
mengutip judul lagunya almarhum Glen Fredly, "terserah . . ." Sesuka
penulisanya jika ingin menulis fiksi. Namun, ada satu hal yang tetap dijadikan
patokan, setiap satu paragraf pasti ada inti pesan yang ingin disampaikan
meskipun dalam penulisan fiksi. Tetapi, dalam penulisan paragraf tersebut tidak
seketat penulisan non-fiksi.
Pertanyaaan dari Uri dari Majalengka :
Bagaimana cara membuat kalimat utama yang baik ketika kita akan menyusun
paragraf dan dimana menempatkan kalimat utama tersebut pada suatu paragraf,
apakah di awal, di tengah, atau di akhir paragraf, agar lebih mudah dalam
menjabarkan menjadi sebuah paragraf yang utuh dan baik?
Jawaban :
Kalimat topik selalu taruh di depan. Kalimat topik dilengkapi dengan controling
idea atau ide pengontrol. Ide pengontrol itulah yang dijelaskan dalam kalimat
penjelas. Kalimat penjelas dapat berupa aneka detail atau contoh. Kemudian
diakhiri dengan kalimat penutup jika dibutuhkan.
Pertanyaaan dari Suheri tangerang.
Bagaimana cara membuat
diksi yang indah dan bisa dinikmati oleh pembacanya?
Jawaban :
Ada 6 prinsip dalam memilih
diksi:
1. Pilih kata yang mudah
dipahami
2. Gunakan kata yang
spesifik dan kontekstual
3. Pilih kata yang paling
kuat diantara pilihan diksi yang ada
4. Lebih baik, tekankan
pada penggunakaan kata yang positif daripada sebaliknya
5. Hindari penggunaaan
diksi yang tinggi secara berlebihan
6. Juga hindari diksi yang
terlalu jadul
Jadil, sekali lagi, diksi
dipilih sesuai target pembaca.
Pertanyaaan dari Yulius Roma_Tana Toraja_Sulawesi Selatan :
Panduan menulis malam ini sangat menarik. Masalah yang sering
saya temui adalah menyusun kalimat topik. Topik seringkali sudah siap tempur
dalam pikiran, namun ketika akan dirangkai masuk tulisan, topik itu menjadi
rumit kembali untuk dirangkai. Adakah
trik paling sederhana bagaimana menyusun kalimat topik dalam sebuah paragraf.
Jawaban :
Paling sederhana, bikin outline kalimat topiknya
terlebih dahulu dalam bentuk ceklist atau dinomorin. Ini sebenernya masuk ke
pembahasan lain, tapi mari kita singgung sedikit. Jadi, dalam menulis, bikin
dulu outlinenya. Mulai dari Pendahuluan, isi, dan penutup. Dari pendahuluan
sudah ditentukan apa yang akan dibahas (thesis statement). Thesis
statement/poin yang akan dibahas dijadikan controlling ide pada setiap kalimat
topik. Diakhiri dengan menyimpulkan semuanya. Ketika outline bagus, tulisan
bagus. Silakan perhatikan tulisan materi saya di blog. Pada pendahuluan sudah
ketahuan akan membahas apa. Pada isi, itu lah yang dibahas. Terakhir, saya
kasih kata2 penutup sedikit.
Pertanyaaan dari Fatimah,S.si :
Adalah tip dan trik apa yang di
gunakan agar tulisan kita terlihat baik dan menarik,dan bagaimana cara kita memilih. Kata yang
benar,dan bagaimana cara kita bisa membuat kalimat campuran yang baik.
Jawaban :
Tulisan yang baik dan
menarik adalah yang ditulis sesuai dengan kaidah penulisan, terutama ini dalam
konteks penulisan formal dan akademik.
Tips
dan trik:
Perbanyak input: membaca, Berlatih:
mencoba sedikit demi sedikit beberapa dasar menulis yang sudah kita pelajari. Menulis:
rajin menulis.
Kata yang benar adalah kata
yang digunakan sesuai dengan tujuan dan konteksnya. Kata yang baik adalah kata
yang bisa menyampaikan informasi sesuai yang diinginkan oleh penulis sesuai
dengan target pembaca. Pemilihannya berati disesuaikan dengan tujuan, konteks,
dan target pembaca.
Kalimat campuran adalah
gabungan dari kalimat gabungan dan kalimat kompleks. In rumusnya:
Compound
Sentence (Kalimat Gabungan):
I
kicked the ball
and it hit Tom. (Independent Clause and Independent Clause).
Complex Sentence (Kalimat Kompleks)
Tom cried because the ball hit him (Independent
Clause and Dependent Clause)
Kalimat gabungan dibuat
dengan menambahkan salah satu kata dari singkatan FANBOYS: for (untuk), and (dan), nor (maupun), but (tetapi), or (atau), yet
(namun), so (sehingga). Sedangkan kalimat kompleks dirangkai dengan
menambahkan kata seperti when (ketika), after (setelah), because (karena),
since (sejak), although (meskipun), while (sementara), dan lainnya.
Jika sudah sesuai dengan
kaidah di atas, kalimat campuran akan baik. Silakan lihat contoh pada materi di
blog.
Pertanyaaan dari Iin Kediri :
Apakah ide yang kita tulis
harus dijelaskan dengan detail ataukan kita menganggap bahwa pembaca sudah
punya schemata sehingga beberapa hal tidak perlu kita jelaskan dengan rinci.
Jawaban :
Pertanyaan memiliki 2
dimensi.
Jika dalam karya fiksi
dan/atau dalam penulian personal, ide justru disimpan. Seperti cerpen yang ada
plotnya, ide ditaruh di klimaks atau dikasih tahu pelan-pelan supaya pembaca
penasaran.
Namun, dalam penulisan
non-fiksi dan/atau penulisan formal dan akademik, ide justru harus disebutkan
secara gamblang di depan. Ide harus sudah ditonjolkan di pendahuluan,
diturunkan jadi kalimat topik, dan disimpulkan di akhir.
Misal, dalam menulis
artikel jurnal, bahkan ada yang namanya abstrak yang berisi isi tulisan, dengan
membaca abstrak saja sudah tahu gambaran seluruh isi artikelnya.
Dalam penulisan formal,
para jurnalis meletakkan semua ide/informasi penting di paragraf pertama, baru
informasi yang tidak penting di belakang. Namanya model piramida terbalik
seperti ini.
Pertanyaaan dari Miseran dani Kalsel :
Melihat dan menyimak
tulisan bapak saya percaya bp sangat kompeten dalam bidang ini... Yg saya tanyakan..
1.sejak kapan bapak
memulainya dan adakh perasaan jenuh bagaimana mengatasinya..
2.Pernahkah tulisan bapak
tidak dhargai orang dan bagaimana kita mnimbulkn kepercayaan kepd tulisan kita
sendiri.?
Jawaban :
1. Saya mulai rajin menulis
sejak kuliah S1 dengan mengikuti salah satu komunitas menulis tentang narasi
lokal di sini:
https://akumassa.org/id/author/imam-fitri-rahmadi
Jenuh sesekali datang.
Caranya tutup laptop, jalan keluar. Baru balik lagi dengan pikiran yang fresh.
2. Pernah, jangankan orang
lain, saya juga pernah tidak menghargai tulisan saya sendiri
Menulis merupakan sebuah
proses yang lambat laun kita akan suka dengan tulisan kita sendiri. Selama
proses tersebut, "bodo amat" saja dengan semua kata orang. Silakan
baca tulisan saya 7 tahun silam, jelek banget.
Seperti semangat yang
selalu disampaikan Omjay, menulis saja terus dan buktikan apa yang terjadi.
Yang lebih penting, temukan
motivasi internal dalam diri kenapa harus menulis. Kalau motivasi internal sudah
kuat, gak peduli kata orang, menulis tetap jalan terus.
Jika kita sendiri sudah
suka dengan tulisan sendiri, itu sudah jauh dari cukup ketimbang ambil hati
komen orang lain.
Pertanyaaan dari Ropiyanto Curup - Bengkulu :
Dalam beberapa bntuk
paragraf. Mana yg lbih efektif digunakan, deduktif atau induktif?
Jawaban :
Dalam penulisan formal dan
akademik, paragraf deduktif lebih efektif dan sangat disarankan.
Pertanyaaan dari Bu Iez dosen Ikip Jember.
1. Menulis yg kreatif tdk datang di bawah pohon,
ttp dg merenung melihat fenomena barangkali ide ada di situ, awal sy bingung
sekali krn pengalaman sy menulis artikel scopus berlatar blkng dasar teori yg
mengkerucut, nahh pertanyaan saya, yg mana yg dikatakan menulis itu mudah jika
tdk punya dasar literasi yg cukup.
2. Jika itu mudah di tulis,
apakah benar2 tdk pernah di tulis org lain tanpa hrs menulis studi pendahulu.
3. Kebetulan sy riset ttg
bimbilon yaitu bimbingan online kebetulan sy merujuk pd artikel Khasvari dr
Austria, ttg peningkatan Social Presence Bagi pebelajar jarak jauh, barangkali
bisa ada pencerahan dr Mas Imam Fitri Rahmadi.
Awal sy gabung di grup ini
unt referensi sy pd pengguna pebelajar jarak jauh.
Jawaban :
1. Menulis personal seperti
update status dan lainnya mudah. Menulis formal seperti menulis berita dan
laporan dormal membutuhkan dasar literasi yang cukup. Menulis akademik seperti
menulis laporan penelitian dan artikel jurnal membutuhkan dasar literasi yang
tinggi.
2. Ada yang bilang, tidak
ada yang baru selama masih berada di bawah sinar matahari, jadi segala kebaruan
(inovasi) yang ada pasti ada silsilahnya ke belakang, maka studi pendahuluan
paling tidak dengan systematic literature review harus dilakukan. Apalagi
menulis untuk jurnal Scopus, novelty-nya harus kuat. Untuk menyatakan bahwa
tulisan punya kebaruan, tidak bisa hanya dengan klaim semata, tetapi harus
dengan pembuktian dari apa yang sudah dilakukan oleh penelitian sebelumnya
ternyata belum menyentuk pada fokus penelitian yang kita lakukan.
3. Saya
perlu membaca artikelnya dulu.
Pertanyaaan :
Apakah dalam ragam tulisan
formal dan akademik harus selalu SPOK? Atau haruskah selalu ada unsur tersebut?
Jawaban :
Tidak, susunannya bisa
divariasi. Namun, minimal harus ada unsur Subjek dan Predikat untuk bisa sah
diaggap sebagai kalimat.
Pertanyaaan dari Etik Nurinto,S.Pd.SD, Kabupaten Pemalang Jawa Tengah:
Assalamualaikum, saya
penulis pemula, bagaimana ciri -ciri paragraf yang baik , apa harus lengkap
dengan struktur kalimat dan pemilihan diksi yang tepat atau yang enak dibaca
saja .
Jawaban :
Secara teoretis, paragraf
yang baik sudah saya jelaskan pada materi di blog dan diperjelas kembali lewat
jawaban dari pertanyaan-pertanyaan sebelumnya.
Sebagai penulis pemulia,
bisa bertahap tidak harus langsung sempurna sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
Jadi, mohon maaf, Bapak dan
Ibu; jangan sampai semua teori yang kita bahas malam ini justru bikin keder
untuk menulis. Pelan-pelan saja mari kita pahami dan mulai terapkan sedikit
demi sedikit.
Pertanyaaan dari Etik Susanti SDN Tunggaknongko Semanu Gunungkidul Yogyakarta.:
Assalamualaikum, Ijin
bertanya, teknik curah gagasan yg
seperti apa agar efektif dan efisien dlm era ini sebagai upaya menyimpan ide yg
mudah terlupakan saat terlintas
dipikiran kita? kalau jaman dl tulis dikertas kecil (blocknote) dan Hp.
Jawaban :
Curah gagasan atau bahasa
kerennya brainsorming memang sering dilakukan untuk menghimpun ide, biasanya
lebih efektif dengan berdiskusi dengan orang lain sebagai lawan berpikir.
Cara yang sudah disampaikan
oleh Om Bud kemarin itu out-of-the-box banget dalam mencari dan
mendokumentasikan ide.
Pertanyaaan Noralia Semarang.
Jika suatu bacaan terpatok
pada EYD yang tepat, benar ataukah tidak jika nanti tulisan tersebut akan
terasa lebih kaku, seperti saat kita sedang membaca tulisan ilmiah. Lain cerita
kalau novel atau cerpen atau mungkin tulisan fiksi lain,, sepertinya tidak
melulu menggunakan EYD yang baku. Mohon komentarnya.
Jawaban :
Betul, tulisan fiksi lebih
fleksibel daripada tulisan non-fiksi.
Namun, kalau terkait EYD
atau yang sekarang adalah PUEBI, kedua jenis penulisan harus sesuai dengan
aturan PUEBI kalau tidak akan sudah dipahami.
Beda kalau terkait kata,
kalimat, dan paragraf, karya fiksi terserah tidak harus sesuai dengan aturan
dasar yang kita bicarakan barusan.
Pertanyaaan Rusmin (G8-017) Kab. Barito Kuala KALSEL.
Penulisan kata yang kurang
sesuai dengan tujuan atau kontek tulisan, seperti mestinya diksi tersebut lebih
pada personal tetapi sebenarnya tujuan tulisan itu adalah laporan. Apakah ini
tidak merupan bagian dari pembeda/sekat antara penulis dengan penerima laporan
sehingga kedekatan secara personalpun dirasakan. Dan apa dampak dari kesalahan
diksi itu?
Jawaban :
Laporan dalam konteks
pekerjaan memang harus dengan diksi yang formal untuk menunjukkan
profesionalitas. Kedekatan personal dalam konteks kerja profesional justru
menjadi hal yang kurang pas. Bisa saja dekat secara personal, namun untuk
urusan laporan kerja tetap formal. Diksi yang salah membuat kalimat susah
dipahami dan bisa berujung pada miskomunikasi.
Pertanyaaan Asep Dahlan. Kepsek SLB Jakarta.
Mhn maaf saya termasuk
terlambat belajar menulis yg selama ini tdk banyak buku yang saya baca. Saya
tertarik dengan materi yang disampaikan pak Imam. Dalam membuat paragraf kadang
saya terjebak dengan kalimat yang sdh terlanjur di tulis. Bagaimanakah
agar agar saya bisa mengalir manulis
sebuah paragraf ?
Jawaban :
Hal tersebut sangat lumrah.
Supaya tidak terjebak, buat outline pointer yang ingin ditulis. Bisa juga
menerapkan strategi free writing, yaitu tulis aja semuanya dulu yang ada
dikepala baru nanti dirapihkan lagi.
Pertanyaaan Budi Artopo, SDN MeLikan Rongkop GunungkiduL Yogyakarta.
Bagaimana
cara mengembangkan tema jika sudah mentok Pak?
Jawaban :
Lihat dari perpektif yang lain. Ibarat tema merupakan suatu bangun, awalnya kita menulis dengan sudut pandang dari sebelah kiri bangunan, kembangkan dengan melihat dari sudut sebaliknya dan sudut yang lainnya.
Pertanyaaan Wiji – malang.
Jika pembaca kita adalah murid SMP mata pelajaran Bahasa Inggris, dalam membuat paragraf berdasarkan level pahaman mereka , yang sesuai paragraf deduktif atau induktif?
Jawaban :
Dalam menulis, supaya lebih mudah dipahami, gunakan paragraf deduktif.
Pertanyaaan Siti Fatimah Mojokerto.
Saya baru belajar menulis di mulai pada group belajar. Dan selama ini saya menulis diblog tanpa menggunakan aturan sama sekali. Saya biarkan tulisan saya mengalir sebebas-bebasnya. Menulis bebas ada kenikmatan tersendiri. Rasa takut kalau tulisan kita salah tak ada lagi. Namun jika saya mengikuti aturan yg detail tersebut saya malah blm . Apakah tulisan saya yg gaya bebas ini merupakan tulisan yg kurang benar. Dalam kaidah menulis?
Jawaban :
Kaidah menulis sesuai dengan konteksnya, dan lebih berlaku untuk penulisan formal dan penulisan akademik. Dalam kasus Ibu Siti yang menulis di blog secara personal dengan gaya sesuka hati, sebetulnya sah-sah saja. Tidak ada yang melarang dan menyalahkan. Namun, bisa jadi tulisan akan sedikit susah dipahami karena tidak sesuai dengan kaidah yang lumrah.
Saran saya, sebebas-bebasnya menulis, sebaiknya kaidah dasar menulis tetap diterapkan meski tidak seketat kalau mau menulis formal atau akademik.
Pertanyaaan Tito _limapuluh kota sumbar.
Assalamualaikum mas imam, smoga sehat selalu di negeri orang. Karna peserta lain sudah banyak yg bertanya tentang materi. Maka saya akan bertanya sedikit melenceng. Bagaimakah caranya agar kita bisa kuliah keluar negeri dengan beasiswa?
Lihat dari perpektif yang lain. Ibarat tema merupakan suatu bangun, awalnya kita menulis dengan sudut pandang dari sebelah kiri bangunan, kembangkan dengan melihat dari sudut sebaliknya dan sudut yang lainnya.
Pertanyaaan Wiji – malang.
Jika pembaca kita adalah murid SMP mata pelajaran Bahasa Inggris, dalam membuat paragraf berdasarkan level pahaman mereka , yang sesuai paragraf deduktif atau induktif?
Jawaban :
Dalam menulis, supaya lebih mudah dipahami, gunakan paragraf deduktif.
Pertanyaaan Siti Fatimah Mojokerto.
Saya baru belajar menulis di mulai pada group belajar. Dan selama ini saya menulis diblog tanpa menggunakan aturan sama sekali. Saya biarkan tulisan saya mengalir sebebas-bebasnya. Menulis bebas ada kenikmatan tersendiri. Rasa takut kalau tulisan kita salah tak ada lagi. Namun jika saya mengikuti aturan yg detail tersebut saya malah blm . Apakah tulisan saya yg gaya bebas ini merupakan tulisan yg kurang benar. Dalam kaidah menulis?
Jawaban :
Kaidah menulis sesuai dengan konteksnya, dan lebih berlaku untuk penulisan formal dan penulisan akademik. Dalam kasus Ibu Siti yang menulis di blog secara personal dengan gaya sesuka hati, sebetulnya sah-sah saja. Tidak ada yang melarang dan menyalahkan. Namun, bisa jadi tulisan akan sedikit susah dipahami karena tidak sesuai dengan kaidah yang lumrah.
Saran saya, sebebas-bebasnya menulis, sebaiknya kaidah dasar menulis tetap diterapkan meski tidak seketat kalau mau menulis formal atau akademik.
Pertanyaaan Tito _limapuluh kota sumbar.
Assalamualaikum mas imam, smoga sehat selalu di negeri orang. Karna peserta lain sudah banyak yg bertanya tentang materi. Maka saya akan bertanya sedikit melenceng. Bagaimakah caranya agar kita bisa kuliah keluar negeri dengan beasiswa?
Jawaban :
Terima kasih atas pertanyaan yang berbeda ini. Cerita persiapan diri dan perjuangan saya dalam meraih beasiswa saya tuliskan di sini:
https://tigabelase.wordpress.com/category/road-to-phd
Sungguh perjalanan yang cukup pajang. Bapak dan Ibu akan mengetahui berapa kali saya belajar bahasa inggris untuk bisa sampai pada sampai titik ini, berapa kali saya gagal melamar beasiswa, berapa kali mengirim email ke professor di luar negeri, dan lainnya. Semoga dapat bermanfaat bagi teman-teman yang ingin kuliah ke luar negeri dengan beasiswa.
Tambahan dari narasumber
Terkait dengan kata dan penggunaannya secara umum, sebetulnya bahasa dapat dibagi menjadi 2 kategori: spoken dan written language atau bahasa lisan dan bahasa tulisan. Bahasa lisan biasanya kosa kata dan struktur kalimatnya lebih sederhana, model seperti ini banyak diadaptasi untuk menulis dengan hara personal. Bahasa tulisan digunakan untuk penulisan formal dan akademik yang biasanya baik kata maupun struktur kalimatnya lebih kompleks. Jadi, jika ingin menulis formal dan akademik, pastikan yang dipakai adalah bahasa tulisan. Bahasa tulisan sangat konsern terhadap variasi penggunaan kata, penulisan kalimat, dan penyusunan paragraf.
Terkait dengan kalimat, 4 jenis kalimat dan fungsinya ini perlu diperhatikan kembali.
1. Kalimat pernyataan, berfungsi untuk menceritakan sesuatu.
2. Kalimat pertanyaan, berfungsi untuk menanyakan sesuatu.
3. Kalimat perintah, berfungsi untuk menginstruksian sesuatu.
4. Kalimat seruan, berfungsi untuk mengespresikan seuatu yang mengherankan/mengagetkan.
Silakan keempatnya bisa digunakan untuk variasi tulisan, selain menggunakan formula kalimat sederhana, gabungan, kompleks, dan campuran.
Types of paragraph:
Jika bapak dan ibu ingin menjelaskan bahwa virus corona itu sangat berbahaya, gunakan paragraf persuasif.
Satu lagi tentang paragraf, seperti ini gambarannya jika dikemas dalam model humburger.
Kalimat topik ada di atas. Kalimat penjelas di tengah. Kalimat penutup di akhir.
Terima kasih atas pertanyaan yang berbeda ini. Cerita persiapan diri dan perjuangan saya dalam meraih beasiswa saya tuliskan di sini:
https://tigabelase.wordpress.com/category/road-to-phd
Sungguh perjalanan yang cukup pajang. Bapak dan Ibu akan mengetahui berapa kali saya belajar bahasa inggris untuk bisa sampai pada sampai titik ini, berapa kali saya gagal melamar beasiswa, berapa kali mengirim email ke professor di luar negeri, dan lainnya. Semoga dapat bermanfaat bagi teman-teman yang ingin kuliah ke luar negeri dengan beasiswa.
Tambahan dari narasumber
Terkait dengan kata dan penggunaannya secara umum, sebetulnya bahasa dapat dibagi menjadi 2 kategori: spoken dan written language atau bahasa lisan dan bahasa tulisan. Bahasa lisan biasanya kosa kata dan struktur kalimatnya lebih sederhana, model seperti ini banyak diadaptasi untuk menulis dengan hara personal. Bahasa tulisan digunakan untuk penulisan formal dan akademik yang biasanya baik kata maupun struktur kalimatnya lebih kompleks. Jadi, jika ingin menulis formal dan akademik, pastikan yang dipakai adalah bahasa tulisan. Bahasa tulisan sangat konsern terhadap variasi penggunaan kata, penulisan kalimat, dan penyusunan paragraf.
Terkait dengan kalimat, 4 jenis kalimat dan fungsinya ini perlu diperhatikan kembali.
1. Kalimat pernyataan, berfungsi untuk menceritakan sesuatu.
2. Kalimat pertanyaan, berfungsi untuk menanyakan sesuatu.
3. Kalimat perintah, berfungsi untuk menginstruksian sesuatu.
4. Kalimat seruan, berfungsi untuk mengespresikan seuatu yang mengherankan/mengagetkan.
Silakan keempatnya bisa digunakan untuk variasi tulisan, selain menggunakan formula kalimat sederhana, gabungan, kompleks, dan campuran.
Types of paragraph:
1.
Descriptive paragraph.
Descriptive paragraph aim
to :
a. show the reader what a
thing or person is like without physical contact.
b. allow the reader to
experience the phenomenon, item or event described in detail.
Jika bapak dan ibu hanya
ingin menjelaskan apa itu virus corona, gunakan paragraf deskriptif.
2. Narrative paragraph.
Narrative paragraph aim to
tell about a sequence of actions.
Their features are:
a. There is always a clear
beginning, middle, and end.
b. They usually follow a plot
line.
Jika bapak dan ibu ingin
menjelaskan asal mula virus corona, gunakan paragraf naratif.
3. Expository paragraph.
Expository paragraphs aim to:
a. Help the reader undestand
following a process or a method.
b. Provide information either
explaining it or giving instructions
Jika bapak dan ibu ingin
menjelaskan cara pencegahan virus corona, gunakan paragraf ekspositori.
4. Persuasive paragraph.
Persuasive paragraphs aim
to get the reader reaction, accepting or understanding the writer’s position or
proposal.
Their
features are :
a. They often require the
gathering of facts and research
b. Usually rhetorical devices
are employed in order to influence the reader’s opinion.
Jika bapak dan ibu ingin menjelaskan bahwa virus corona itu sangat berbahaya, gunakan paragraf persuasif.
Satu lagi tentang paragraf, seperti ini gambarannya jika dikemas dalam model humburger.
Kalimat topik ada di atas. Kalimat penjelas di tengah. Kalimat penutup di akhir.
Narasumber memberikan tugas untuk latihan menulis.
Latihan 1:
Bapak dan Ibu, paragraf ini belum memiliki kalimat
topiknya. Jadi kasihan, anak kalimatnya tidak memiliki induk kalimat. Minta
tolong untuk dibuatkan kalimat topiknya kemudian ditaruh sebagai kalimat
pertama pada paragraf tersebut.
Tetap di rumah saja dinilai sebagai salah satu cara
yang paling efektif. Menggunakan masker ketika terpaksa harus bepergian dan
selalu menjaga jarak dengan orang lain merupakan cara lainnya. Senantiasa jaga
stamina dengan istirahat yang cukup juga dapat dilakukan untuk menjaga imun
tetap baik sehingga tidak rentan tertular.
Latihan 2:
Paragraf ini baru ada kalimat topiknya. Mohon
tambahkan minimal 3 kalimat penjelas:
Pendemi koronavirus mengubah pola orang dalam
bersosialiasi, bekerja, dan belajar di Indonesia.
Latihan 3:
Buat satu paragraf dengan tema bebas. Kalimat topik
harus memiliki ide pengontrol. Paragraf memiliki setidaknya 3 kalimat penjelas
yang mendukung atau menjelaskan lebih lanjut ide pengontrol.
Terima kasih Bapak dan Ibu,
Mohon maaf atas segala kekurangan dalam penyampaian
materi dan menjawab pertanyaan.
Latihan di atas bisa dengan sukarela dikerjakan dan
dikoreksi bersama nantinya.
Terus semangat selalu dalam menulis.
Demikian Pelajaran yang disampaikan.
Lengkap sekali dan siapkan untuk dirajut jadi buku
ReplyDeleteSiap Om Jay, terima kasih,..
ReplyDeleteMantap.. terima kasih informasinya, sangat lengkap..salam..
ReplyDeletePaket komplit. luar biasa
ReplyDelete