DUA
JAM BELAJAR MENULIS TANPA IDE DENGAN OM BUD
By Nani
Membaca Cerpenting (Cerita Pendek Tidak penting)Om Bud Lucu banget. Mau
ketawa sungkan sama suami, takut dibilang kok ketawa sendiri. Mau kirim WA ke
group Belajar menulis 8 , tapi gak bisa ruang di bajak oleh admin. Akhirnya
melanjutkan mendengarkan pelajaran. Penjelasannya lugas, spontanitas. Seperti kita
sudah kenal lama. Ada tulisan yang benar-benar buat ketawa.
PLAK! (Aduh
nyamuk banyak banget nih). Padahal masih
menjelaskan pelajaran.
Ada kalimat lagi
yang buat ketawa:
‘Tapi jangan
bilang siapa-siapa ya? Buat kita-kita aja di group ini, nih. Hehehehe....
Lucu pooll,
mungkin sampai pelajaran jam 9 malam, perutku kram karena menahan ketawa. Aku
lirik disebelahku My husband sudah
tidur. Untung sudah tidur, klo tidak aku dibilang “rather crazy”. (agak gila). Maaf kata-katanya kurang sopan. Sementara
anak semata wayangku bermain drum,.gedubrang gedubreng,.gak tahu lagu apa yang
sedang dimainkan. Yang jelas tidak menggangguku mengikuti pelajaran online yang super kocak. Aku baca dalam
hati kalimat-kalimat di WhatsUps
berjajar dan aku pindahkan ke word
sudah mencapai 8 halaman padahal pelajaran baru satu jam. Pelajaran terus
mengalir tapi belum dengan pertanyaan-pertanyaan dari peserta. “Amazing! Super duper,’ Aku tidak merasa
lelah sedikitpun mengikuti pelajaran yang seolah-olah hanya chating satu arah.
Seneng sekali
mendengarkan ceritanya terutama tentang temennya Asep yang menginspirasi narasumber. Apalagi ketika menceritakan tips menulis yang menggunakan
benda-benda disekitarnya. Kata-kata yang menurutku lucu namun ada ilmu di
dalamnya:
“Kemudian
saya pilih 6 benda yang tertangkap pancaindera. Kalo bisa pilih 6 benda. Itu
jumlah yang ideal. Kalo kurang takutnya kedikitan. Kalo lebih ntar kita
kebingungan sendiri karena kebanyakan.”
Sambil membaca
cerita lucu episode berikutnya, suamiku terbangun dan bertanya. Sedang ngapain
mah. Aku jawab, sedang belajar pah. Tanpa pertanyaan lagi suamiku ke kamar
mandi membasuh mukanya.
“Wah, alamat
banyak orderan. “ (Aku bergumam dalam hati).
“Mah, si bos
belum makan.!” (si bos, panggilan anakku). Coba ditawari,”.
Pelajaran
berhenti sejenak karena ada Iklan, hahaha. Aku ketuk pintu kamar anakku sambil
menanyakan,Mas gak dinner?” Menunya apa mah? Sambil tersenyum-senyum. “Goreng
Telor!” Mau dimasakin mamah atau buat sendiri?”
“Mamah sibuk ya?”
Sepertinya begitu,..jawabku.
“ Oke dech aku
masak sendiri, mamah and papah mau?”
Aku langsung saja
mengangguk. Tapi papahnya menjawab, ”untuk si bos saja.”
Tapi aku tidak
balik di depan laptopku, tapi menemani anakku menggoreng sambil mencuci
piring-piring yang masih tersisa belum di cuci.
Harum bau omelet menggugah seleraku. Satu piring omelet
buatan
anak semata wayangku, kami nikmati bersama. Rasanya nikmat bisa selalu makan
bersama walau hanya dengan omelet
dan
orek tempe, yang tidak pernah absen menemani menu-menu lain.
Pada suapan
terakhir, anakku berbisik, “Mah aku nanti carikan judul kualitative dan
kuantitative ya, ada PR. Aku mengangguk sambil tersenyum. Selesai makan, aku rapikan
piring-piring itu dan segera kembali di depan laptopku, untuk check chat yang tetinggal. Membaca cepat dan
memindahkan di word untuk buat
rangkuman. Sebenarnya bukan benar-benar rangkuman, karena pelajaran sudah
tertata. Hanya mindahkan dari chat ke word, hahhaa.
Alhamdulillah
selesai sudah pelajarannya. Rasa kantukku mulai menyerang. Akhirnya aku berbaring
sambil baca chat-chat terakhir di hp
ku dan jatuh tertidur.
Kok bisa sama ya dengan yg omjay alami? 0hahaha lsg tertidur pulas dan tdk bisa balas wa kawan kawan yg seperti arus deras.
ReplyDeleteSiap Om Jay, hahaha
DeleteSae-sae
ReplyDeleteMatursuwun,..
DeleteHadir
ReplyDeleteSiap,..
DeleteKeren tulisannya... Enak dibaca..
ReplyDeleteTerima kasih, sama seperti cerita bapak Verdy
DeleteMantap Ijn Mrs...jadi penasaran cerita-cerita yang lainnya...
ReplyDelete