MENJADI COURSE MANAGER UNTUK SISWA MANCA NEGARA
Ada rasa senang, was-was dan
exited ketika saya ditunjuk menjadi Course Manager (CM) untuk siswa manca
negara. Saya sebut sendiri Course Manager
karena istilah itu saya dapat dari Pusdiklat Bahasa Kemhan. Sebenarnya tugas saya
sebagai koordinator siswa yang memiliki tugas yang sama dengan Course Manager Pusdiklat Bahasa Kemhan. Saya
memonitor kegiatan siswa selama belajar bahasa Indonesia di Pusdiklat Bahasa Kemhan
hingga nanti belajar di institusi saya.
Terdapat sepuluh siswa yang belajar
bahasa Indonesia namun baru delapan orang yang datang. Padahal saya selalu
mengingatkan agar jangan terlambat ketika mengikuti pelajaran bahasa Indonesia.
Bagaimanapun proses keberangkatan tergantung kepada negara masing-masing.
Setelah pembukaan kursus,
para siswa menikmati soto daging dengan minuman traditional jahe dan kopi.
Mereka kemudian berfoto di depan tulisan
PUSDIKLAT BAHASA. Ketika masuk ke kelas, CM dari Pusdiklat Bahasa memberikan
arahan dan instruksi tentang jadwal dan peraturan selama belajar dalam bahasa
Indonesia. Para siswa masih tampak kebingungan karena bahasa Indonesia mereka
masih minim. Sementara CM dari Pusdiklat Bahasa tidak bisa berbahasa Inggris
karena diharapkan siswa agar lebih cepat memahami bahasa Indonesia.
Saya akhirnya menjadi
penghubung antara CM dan para siswa. Mereka baru mengerti apa yang dijelaskan
oleh CM. Masing-masing siswa mendapatkan nama baru namun ada beberapa siswa
yang tidak berkenan dengan nama Indonesia tersebut, namun ada juga menerima
nama baru tersebut. Mereka bertanya mengapa mereka harus memiliki nama
Indonesia. Dan saya jelaskan untuk memudahkan guru ketika memanggil mereka. Tentunya
tidak semua menerima penjelasan saya. Saya bilang jika tidak suka dengan nama
baru tidak masalah, CM menerima akan keputusan para siswa.
Hal ini sedikit berbeda
ketika saya mengajar siswa Indonesia berbahasa Inggris. Saya memberikan
kebebasan untuk mencari nama asing yang mereka sukai untuk menjadi nama
panggilan mereka. Siswa Indonesia cukup fleksibel karena ketika mereka belajar
bahasa Inggris atau bahasa asing, mereka
berusaha mempelajari budaya orang asing tersebut, termasuk nama asing.
Saya cukup mengerti dengan
keberagaman siswa manca negara yang sedang belajar bahasa Indonesia. Saya tidak
dapat memaksakan mereka untuk menerima semua culture Indonesia, namun saya perkenalkan secara bertahap. Saya
yakin, sedikit demi sedikit mereka akan mulai menerima. Jika mereka tidak dapat
segera bersosialisasi dengan masyarakat Indonesia mereka akan susah
meningkatkan kemampuan berbahasanya.
Untuk membantu mereka, saya
mencari lagu anak-anak yang berjudul, NAIK-NAIK KE PUNCAK GUNUNG. Saya juga
share videonya. Saya bilang lagu ini juga bisa diajarkan kepada putra-putrinya,
karena beberapa dari mereka membawa keluarganya ke Indonesia.
Pagi tadi mereka baru
belajar cara memperkenalkan diri, mengeja huruf alfabet Indonesia dan berhitung
dalam bahasa Indonesia. Jadi seperti kita belajar bahasa asing, belajar mulai dari
yang paling dasar terlebih dahulu. Mereka senang mendapat kiriman lagu dari
saya. Saya berharap lagu ini dapat membantu mereka untuk fasih berbahasa
Indonesia.
Inilah pengalaman saya
menjadi Course Manager untuk siswa
manca negara.
Jonggol, 30 Juni 2022
NANI KUSMIYATI
#lombamenulisblogpgri
#tantanganmenulissetiaphari
#Day 21
Asiknya ... Belajar bahasa asing.
ReplyDelete