MENCINTAI DIRI SENDIRI
Mencintai diri sendiri bukan
berarti egois ya namun lebih kepada perduli kepada diri sendiri. Kadang tanpa
sadar, kita sebagai makhluk ciptaan Tuhan YME lupa dengan raga dan jiwa sebagai pemberianNya
untuk senantiasa dirawat dan dijaga. Ketika kita merasa sehat kita selalu
bekerja dan bekerja dengan sedikit istirahat. Lupa bahwa tubuh kita bukanlah
mesin yang jika rusak cukup dibelikan onderdil baru kemudian diperbaiki. Dan
jika tidak dapat diperbaiki lanjut dibuang atau dijual murah bak rongsokan.
Tubuh kita memang buatan
Tuhan yang tentunya harus di rawat dan dijaga. Jika salah satu alarm dalam
tubuh kita memberikan sinyal berarti ada sesuatu yang harus diperhatikan. Sinyal
itu dapat berarti bagus atau buruk. Jika sinyal bagus seperti rasa segar
ditubuh sehingga kita bisa bergiat dengan aktif dan semangat tidaklah menjadi
masalah. Namun jika sinyal itu seperti rasa kesemutan, tubuh meriyang, kepala
pening maka sinyal-sinyal itu perlu diperhatikan. Pasti sesuatu tidak beres dengan
tubuh kita. Adakalanya sinyal itu mereda tatkala cukup dengan istirahat dan
makan makananan yang bergizi. Adakalanya mesti diperiksakan ke dokter agar
mendapatkan obat yang tepat.
Sebenarnya setiap orang
sadar tentang hal itu, demikian juga dengan saya. Namun kadang kita tidak
memperdulikan sinyal-sinyal itu karena kita merasa hal itu sudah sering terjadi
dan cukup diobati sendiri. Ternyata dalam kasus tertentu yang tampaknya biasa
dapat menjadi luar biasa. Hal ini pernah saya alami ketika saya merasakan
kembung seperti banyak gas di perut. Saya pikir hanya sakit magh biasa dan cukup mengunyah obat magh dan langsung sembuh. Namun ternyata
gejala itu sering berulang datangnya hingga saya tidak tahan lagi dan dibawa ke
rumah sakit.
Setelah melalui beberapa tahapan
pemeriksaan dan USG ternyata di perut saya terdapat batu empedu yang sudah
cukup besar dan harus di operasi. Langsung saja saya merasa shock. Karena selama hidup saya, namanya
operasi tidak pernah terpikirkan sama sekali. Dan saya harus menjalani operasi
dan tidak masuk kerja selama satu bulan. Hingga sudah hampir delapan bulan ini
rasa tidak nyaman akibat operasi terkadang muncul. Alhamdulillah Tuhan masih
memberikan kehidupan lebih panjang untuk saya.
Lagi-lagi saya lupa ketika
kerjaan mulai antri di depan mata. Rasanya ingin segera diselesaikan semua.
Makan mulai tidak pilih-pilih, demikian juga mulai minum kopi sehari dua gelas
bahkan tiga gelas. Yang terpenting otak ini bisa fokus untuk diajak bekerja. Hingga
akhirnya mengikuti berbagai kegiatan di kantor juga lembur menyambut kedatangan
siswa manca negara. Kemudian harus menghadiri jamuan makan malam dalam rangka
perayaan Angkatan Bersenjata negara sahabat dan sampai di rumah tengah malam.
Keesokan harinya kembali ke kantor, demikian seterusnya hingga suatu saat badan
mulai mengeluarkan sinyal kelelahan. Mata dan kaki terasa panas, namun telapak
tangan dingin. Akhirnya tubuh saya benar-benar ambruk dan tidak ada napsu makan
dari sore hingga pagi hari namun hanya bisa minum madu dan air mineral saja.
Pagi hari itu saya langsung
diinfus untuk mendapatkan tambahan cairan dan mineral. Tubuh sedikit ada energi
dan saya mulai mengevaluasi bahwa saya tidak mengindahkan sinyal di tubuh saya
ketika sudah mulai berteriak untuk istirahat. Hal ini bukan karena saya tidak
mau berhenti bekerja namun lebih kepada rasa tanggungjawab terhadap pekerjaan.
Ketika sakit, saya merasa
sungguh teramat berharganya kesehatan bagi saya. Dan sehat itu mahal karena
sekali infus dengan cairan neurobion serta obat lambung harus mengeluarkan dana
empat ratus ribu rupiah. Karena anak saya juga sakit yang sama maka saya sudah
mengeluarkan biaya dalam satu hari sebesar satu juta rupiah. Bagi saya, biaya pengobatan
itu sangat mahal namun karena saya ingin sehat maka saya harus rela
mengeluarkan dana dari tabungan saya.
Saya merasa bersyukur kepada
Allah SWT karena telah mengingatkan saya agar mencintai tubuh saya dan saya
harus menjaganya. Sekali-kali melepaskan pikiran tentang pekerjaan dan
melakukan hal-hal yang menyenangkan. Lebih banyak berdoa dan mengevaluasi diri
serta banyak isirahat.
Nah, semoga para pembaca
juga dapat mengambil hikmah dari pengalaman saya. Maka cintailah dirimu jika
ingin mendampingi keluargamu lebih lama.
Jonggol, 9 Juli 2022
NANI KUSMIYATI
#lombamenulisblogpgri
#tantanganmenulissetiaphari
#Day 30
No comments:
Post a Comment