CERITA DI TAHUN 2020
Ratna nama panggilan ibu seorang anak yang sedang kuliah di
suatu Perguruan Tinggi di Jakarta. Sehari-hari Ratna bekerja sebagai guru Bahasa
Inggris di instansi pemerintah di daerah Jakarta Timur. Tiap hari dia berangkat
ke kantor dengan menggunakan bus kantor yang setia menjemput dan mengantarnya kembali
ke post ‘Kesepakatan’ di daerah Jonggol. Nama unik pos tersebut Ratna ikrarkan
bersama-sama penumpang bus lainnya.
Semenjak pandemi Covid berlangsung beberapa kendala di
hadapi Ratna dan beberapa teman-teman yang biasa naik bus kantor harus
menggunakan kendaraan pribadi atau mencari tumpangan. Pengeluaran transportasi
meningkat. Semula perbulan dia hanya mengeluarkan seratus ribu untuk pengganti lelah
sopir bus kini menjadi lima ratus ribu atau lebih. Beberapa penumpang bus akhirnya
membuat group sendiri-sendiri termasuk Ratna bersama-sama dua sahabatnya, Yayuk
dan Yayah.
Ratna memberi julukan “Group Nunut” yang sudah dia buat di
WA nya. Tiga ibu-ibu bersepakat mencari tumpangan yang sama. Ratna dan dua
temannya bekerja di kantor berbeda namun masih dalam lingkungan yang sama.
Peraturan di kantor mereka juga berbeda-beda. Yayuk bekerja di kantor yang
berkecimpung di bidang material dan Yayah bekerja di kantor yang menangani
fasilitas logistik. Ratna sendiri bekerja di kantor yang menangani pendidikan. Ketentuan
WFH (Work From Home) juga berbeda. Ada kalanya mereka bisa berangkat bersama
dan ada kalanya tidak.
Ratna jarang WFH karena tuntutan pekerjaan dan karena posisi
kedudukannya lebih tinggi dari kedua temannya. Kantor berbeda dan jabatan
berbeda tidak menjadikan mereka semakin jauh namun semakin erat persahabatan
mereka. Rasa malu kadang Ratna hadapi ketika dia mencari siapa yang akan dia tumpangi
esok namun tidak ada jawaban dari penghuni group bus kantor. Sering Ratna
mengirim pesan pribadi ke beberapa anggotanya yang semula satu bus dengan
dirinya untuk bisa bareng ke kantor atau pulang ke rumah. Tidak banyak yang menjawab
bisa karena alasan akan mampir ke suatu tempat atau bahkan mobil sudah penuh.
Jikalau ada, kebanyakan mereka yang tinggalnya jauh dari
rumah Ratna dan terpaksa dia harus minta putranya untuk mengantar dengan
mengendarai motor atau mobil ketempat pemberi tumpangan lewat. Naek motor atau
mobil tergantung cuaca. Jika hujan putranya akan mengantarnya dengan naik mobil
bersama-sama kedua sahabatnya. Putranya tidak dapat mengantar Ratna dan
teman-temannya ke kantor karena harus kuliah online dan menemani suaminya yang sering
tidak sehat. Jarak tempuh rumah ke
kantor memakan waktu satu hingga satu setengah jam apabila macet bisa dua jam.
Ratna tidak diijinkan suaminya untuk mengendarai mobil sendiri.
Perjalanan dari Jonggol ke Jakarta Timur tempat dia bekerja agak membahayakan
karena banyak truk serta sepeda motor yang kadang merajai jalanan. Larangan
dari suaminya membuat ciut hatinya untuk mengendarai mobil sendiri. Akhirnya
dengan membuang rasa malu Ratna terpaksa bertanya kesana kemari untuk
mendapatkan tumpangan. Dia tidak habis pikir mengapa keputusan dari pimpinan
untuk meniadakan bus kantor dapat memperkecil resiko terkena covid. Kenyataannya
dengan tidak adanya fasilitas dari kantor berupa bus lebih banyak pekerja yang
terjangkit covid. Rasa ketidaknyamanan membuat imun mereka turun.
Namun apa dikata, kalangan bawah tetaplah kalangan bawah. Hal
yang dapat dilakukan Ratna dan teman-temannya saat ini bagaimana agar selalu
menjadi bahagia. Tiap pagi Ratna berusaha membawa bekal makanan yang dia beli
diseputar kompleknya. Mungkin makanan itu tidak diketahui bagaimana mengolahnya,
bersih atau tidak, yang jelas ketika makanan hangat itu dibungkus daun bersih,
Ratna yakin tidak akan mengganggu perutnya.
Nasi Jinggo makanan favorit untuk sarapan pagi yang dia beli
sambil berangkat ke kantor. Itupun jika pemberi nunutan kebetulan berhenti dan
akan membeli snack untuk kantor. Kadang membeli gorengan atau rebusan
seperti singkong, ubi atau jagung. Makanan-makanan itu untuk menenangkan
cacing-cacing yang bernyanyi di pagi hari. Semua tergantung siapa yang memberi
tumpangan dan mampir di kedai mana.
Ratna masih sangat bersyukur masih bisa sampai ke kantor
tepat waktu. Hati Ratna dan kedua sahabatnya menjadi galau tatkala hujan deras
di pagi hari dan info ada tidaknya tumpangan belum pasti. Biasanya pagi hari
menjelang detik-detik berangkat info baru ada. Tempat bertemu untuk menunggu
tumpangan lumayan jauh dari rumah masing-masing maupun post “Kesepakatan”. Ratna
hanya bisa berdoa dan pasrah. Jika terpaksa dia tidak masuk kantor dengan
berbagai alasan. Bos di kantor dapat memaklumi kondisi Ratna.
Setiap pagi sebelum menjalankan rutinitas di kantor, Ratna
meminum segelas teh hangat manis dan nasi dadar telor atau tempe mendoan yang
dapat dia pesan dari kantin di lantai sepuluh. Hal ini jika Ratna tidak sempat
beli makanan dari luar atau pada saat diperjalanan. Kadang-kadang Ratna naik ke
lantai sepuluh sekedar berjemur sembari pesan makanan untuk sarapan pagi. Jika
dia agak malas atau karena harus segera menyelesaikan pekerjaan, dia cukup
telpon ibu kantin dan makanan sudah tersedia diatas meja.
Tahun 2020 sebentar lagi meninggalkannya. Belum banyak yang
Ratna bisa capai ditahun ini. Mimpinya untuk menyelesaikan S3 nya belum
terwujud karena disertasinya yang tidak kunjung selesai. Ratna menyadari ini
adalah murni kesalahannya sendiri yang tidak mampu memotivasi dirinya untuk
menyelesaikannya. Promotor dan staf promotor selalu mengingatkan Ratna untuk
segera menyelesaikannya sebelum terjadi banyak perubahan kebijakan kampus dari
tahun ke tahun.
Kondisi semakin rumit tatkala terjadi validasi di kantor
Ratna. Dia pindah ke bagian berbeda dengan pekerjaan yang sama, mengajar Bahasa
Inggris dan sebagai penanggung jawab Lab bahasa. Beberapa kebijakan masih
membuat dirinya ragu-ragu untuk segera bertindak. Sementara tahun 2021 akan
segera tiba. Seluruh perencanaan program harus sudah matang di akhir tahun
2020. Perintah pimpinan untuk segera memulai perencanaan belum dia terima.
Sebagai bawahan Ratna terpaksa menunggu dan hanya berharap perintah itu tidak
mendadak.
Diakhir tahun 2020 ini berbagai dilema dihadapi Ratna
terutama ketika akan menentukan prioritas mana yang harus didahulukan. Putranya
sedang mengerjakan skripsi yang membutuhkan pertolongannya. Murid-murid
privatnya juga butuh bimbingannya untuk menghadapi test bagi promosi
jabatannya. Suaminya yang sedang sakit membuatnya tidak dapat bergerak maju.
Lebih tepatnya jalan ditempat. Serasa penuh persoalan-persoalan dipikirannya.
Sebagai seorang ibu, istri, pekerja dan mahasiswi Ratna
harus tetap optimis untuk menghadapi itu semua. Dia percaya, dengan berjalannya
waktu satu-satu akan dia selesaikan. Cerita sedih menjadi bahagia. Bak drama
sinetron di TV. Pikiran positif harus diciptakan. Bukankah
penderitan-penderitaan adalah bagian dari perjalanan hidupnya yang penuh warna,
dan tidak monoton.
Ratna menengok beberapa kisah positif sepanjang tahun 2020.
Dia mulai jatuh cinta pada menulis walau tulisannya tidak seprofesional
penulis-penulis yang telah memiliki background jurnalis. Belajar
otodidak dan mengikuti group penulis guru-guru PGRI. Mencoba mengirimkan
beberapa artikel ke beberapa group literasi dengan editor dan penerbit
yang berbeda.
Ratna sangat bersyukur artikel-artikelnya dapat tersusun
rapi dengan penulis lainnya menjadi buku Antologi. Ini salah satu progress di
tahun 2020 bagi Ratna. Mengenal Project Nubala, Omera, Om Jay Group, The
Writers membuat Ratna memiliki banyak sahabat dan keluarga baru. Banyak
ilmu yang didapat terutama ilmu dibidang literasi. Bahkan menulis puisi mulai
dia coba. Saat Ratna sedih dan gembira, dia tuangkan dalam puisi. Dia merasa
untuk memulai merangkai kata tidak sesulit sebelumnya. Semua perlu latihan dan
terus diasah.
Kisah menyenangkan lainnya, beberapa bulan lalu Ratna dapat mengunjungi
dua kota kenangannya, Makasar dan Pontianak, walau dalam waktu singkat. Dinas pendeknya
mengijinkan dia untuk mengenang momen-momen yang dia alami di kedua kota
tersebut.
Kota Makasar yang memberinya sejarah ketika menjadi Pramugari
Haji dengan Maskapai Garuda dan Pilot dari Perancis dua puluh dua tahun lalu. Keindahan
pantai Losari dengan beberapa penjual pisang Epek membuat suasana kota tampak
hidup. Bantimurung dengan air terjunnya yang tidak terlalu deras namun menyejukkan.
Pulau Khayangan yang tampak indah dilihat dari kejauhan namun tampak biasa
seperti tempat wisata-wisata lainnya. Kebersamaan yang erat tercipta antara
para crew pesawat.
Pontianak tempat kakak keduanya berkeluarga hingga
meninggal. Kota dimana keponakan-keponakannya hidup mandiri tanpa ayah ibu.
Kota yang sering banjir saat musim hujan seperti kota-kota lain di Indonesia.
Saat kemarau harus menampung air hujan untuk masak dan mandi karena air
sumurnya sedikit berminyak. Saat hujan, beberapa rumah terendam karena sistem pembuangan
air yang tidak lancar juga karena dekat sungai Kapuas.
Pengalaman-pengalaman itu mewarnai perjalanan hidup dan
karirnya di tahun 2020 dan membuatnya menjadi lebih bijaksana dalam menerima
nasibnya. Bersyukur kepada Allah SWT karena hingga detik ini Ratna masih sehat
dan bisa berkarya untuk dirinya dan keluarganya. Harapan Ratna saat ini, suaminya
segera pulih dan dapat menemani hari-hari tua bersamanya dan bersama putranya, membantu
putranya menyelesaikan kuliahnya dan menyelesaikan disertasinya yang tertunda.
Jonggol, 9 Desember 2020
Seorang
Pengajar Bahasa Inggris, di TNI AL. Menjabat sebagai Kasubsi Pengendalian
Pengajaran Bahasa dan Labsa di Disdikal (Dinas Pendidikan TNI AL), Berkeluarga,
memiliki satu orang
putra yang sedang kuliah S1 di Universitas Indraprasta. Beberapa negara yang telah
dikunjungi untuk belajar dan penugasan:
Saudi Arabia, America, Australia, Cambodia, Thailand, Malaysia, Singapore dan
tugas misi PBB di Lebanon selama satu
tahun. Hobi: teaching, dancing, listening
music and traveling. Beberapa buku Antologi yang
sudah terbit,”Rona Korona Duka dan Ria”, “Moment Spesial Sang Guru”, “The Meaningful
True Stories“, “Kobaran Semangat Ngeblog”, Surat Untuk Ibu”, “Oktober Bermakna
Jilid 1”, “Semesta Merestui,”“Kulminasi”, “Simpang Maya 1”, “Kisah Inspiratif
Sang Guru”, “All About Teachers”, “Di Celah Senja”, Menulis
Membangun Masa Depan”, “I’m jealous of the Rain”, “Sepanjang Tapak Kaki.”, “Pahlawan
hidupku.”, “Kota Kenangan”, dan “ Monolog Cinta.
Hp
081398870636/Fb: NaniKusmiyati/IG: nani_kusmiyati/
Email :
nani1navy@gmail.com
http://nani2teacher1navy.wordpress.com/
https://naniku2020.blogspot.com.
Smg mimpi yg blm terwujud segera tercapai d thun 2021 ya.. Tetap semngat.. U merai mimpi..gelap terang yg mnmani thun 2020 smg mnjdkn kita lbh kuat.aamiin
ReplyDelete