Bagaimana menjaga keilhlasan
sementara untuk menjadi ikhlas itu tidak mudah. Ikhlas berarti menerima apa
yang telah menjadi ketentuan Allah SWT. Sadar
bahwa apa yang kita miliki di dunia ini hanya sementara, titipan dari Sang
Pencipta. Menjaga keikhlasan sebenarnya lebih kepada membuka hati dan pikiran
menerima setiap dinamika kehidupan dengan kebesaran jiwa.
Menjadi ikhlas ketika kita memandang
masa lalu sebagai pembelajaran hidup yang harus diperbaiki dan merelakan apa
yang tidak menjadi milik kita. Sebagai contoh ketika saya lulus SMA, saya ingin
sekali melanjutkan belajar di suatu universitas, namun apa daya karena kondisi
keuangan orang tua yang tidak memungkinkan memaksa saya untuk mengadu nasib untuk
mendapatkan pekerjaan. Bersyukur tidak perlu lama menganggur akhirnya ada
lowongan untuk menjadi abdi negara dan jika lulus menyandang pangkat Sersan Dua
(Serda).
Perjuangan selama
mempersiapkan test kurang lebih satu bulan. Masih teringat setelah sholat subuh
berlatih berlari di sepanjang jalan tol di Surabaya yang sedang di bangun.
Jalanan tol sudah halus namun belum dioperasikan kendaraan untuk melintas. Saat
itu di bulan puasa, tetapi saya dapat menahan rasa haus dan lapar walau saya
harus berlatih berlari. Saya berlari secara bertahap beberapa kilo meter dengan
kecepatan konstan. Berikutnya dengan jarak lebih jauh dan masih tetap dengan
kecepatan yang sama. Saya berlatih untuk endurance
atau ketahanan tubuh saya dan bukannya untuk menjadi juara lari.
Di hari-hari berikutnya saya
mulai mempercepat lari saya dengan jarak terjauh yang pernah saya lewati. Ketika
melakukan latihan lari tidak ada yang mengarahkan namun lebih kepada naluri dan
pemikiran yang saya miliki bahwa saya harus dapat mengukur diri dengan
kemampuan sendiri. Lambat laun lari terasa ringan dan bukan menjadi beban.
Pada siang hari saya
beristirahat sambil membaca beberapa buku tentang pengetahuan umum juga
berlatih menggambar pohon dan orang juga berhitung. Saya mendapat info dari
beberapa orang yang pernah mengikuti test masuk TNI. Dengan berbagai persiapan,
saya yakin akan lolos. Hal terpenting yang akan menghantar saya untuk berhasil
adalah doa. Sholat lima waktu adalah saat terbaik untuk memohon kepada Allah agar
saya diberikan kemudahan ketika melaksanakan test dan berhasil. Saya yakin bahwa
Allah SWT akan mewujudkan harapan dan doa saya untuk menjadi tentara serta
menjadi kebanggaan keluarga. Doa dari
orang tua juga menjadi penyemangat saya untuk mewujudkan impian saya.
Seluruh rangkaian test saya
jalani dari pagi hingga petang. Istirahat malam hanya beberapa jam saja. Ada rasa was-was ketika setelah satu test
dilewati dan kemudian diumumkan apakah saya masih terus mengikuti tahapan test
berikutnya atau tidak. Di situ keikhlasan saya diuji, seharusnya saya tidak
perlu was-was, namun kembali lagi karena saya adalah manusia yang tidak
sempurna.
Alhamdulillah perjuangan itu
tidak sia-sia. Saya lulus test dan memasuki
dunia pendidikan yang benar-benar baru bagi saya selama kurang lebih 9 bulan.
Tiga bulan basic training dan 6 bulan
pendidikan kejuruan. Saya sangat bersukur kepada Allah SWT walau saya tidak
dapat kuliah namun saya mendapatkan pengalaman dan pekerjaan yang penuh dengan
tantangan yang tidak mudah didapat oleh orang lain.
Ketika saya berangkat dan
pulang kantor, saya melihat banyak remaja di U-turn (putaran balik) membantu pengendara mobil untuk berputar dan
mereka mendapatkan uang coin 500 atau
1000 rupiah dengan resiko tinggi. Demikian juga dengan beberapa remaja atau
bapak-bapak yang berjualan di tengah jalan menjajakan minuman dan kudapan. Mungkin
beberapa dari mereka merantau tanpa sanak saudara di kota Jakarta yang penuh gemerlapan
dan ujian.
Saya appreciate (menghargai) banget kepada mereka masih mau bekerja
keras mencari rejeki dengan halal. Walau peluh membasahi sekujur tubuh karena
terik matahari namun mereka tampak tenang dan tegar agar minuman dan jajanannya
laku. Kemungkinan yang beli tidak banyak
karena beberapa orang ada yang khawatir dari segi kebersihan kudapan dan air
mineral tersebut. Namun mereka tidak patah semangat dan memang berjualan adalah
salah satu pilihan agar mereka dapat tetap makan.
Mendapat pekerjaan adalah
suatu berkah yang perlu dijaga dengan baik. Jika kita mendapat reward berupa pangkat dan jabatan adalah
nilai plus yang diberikan Tuhan melalui
tangan-tangan manusia. Jika memang jabatan atau pangkat itu belum kita dapatkan
maka kita harus ikhlas dan mungkin belum saatnya rejeki itu untuk kita. Yang
terpenting kita masih di beri kesehatan sehingga masih bisa menemani anak-anak
dan pasangan kita.
Berkah dari Tuhan bukan
hanya pangkat, kedudukan atau kemewahan namun kepada kebahagian untuk membuka pikiran,
hati dan kemauan (open mind, open heart dan open will).
Ikhlas akan segala yang diberikan oleh Tuhan. Semoga kita termasuk ke dalam
golongan orang-orang yang pandai bersyukur dan ikhlas.
NANI
Jakarta, Minggu, 7 Agustus 2022
Terima kasih ibu Nani informasinya
ReplyDeleteMan Jadda Wa Jadda. Artikel yang sanagt memotivasi sekali bunda. Ikhlas suatu kata yang mudah di ucapkan tapi sulit dilakukan dan ilmunya ikhlas tingkatnya tinggu . Hanya orang yang penuh syukur kepada Allah lah yang bisa
ReplyDelete